Membaca berita-berita mengenai kecelakan kendaraan yang menggunakan GPS sungguh sangat memprihatinkan. Berita terakhir, kecelakaan yang terjadi di Kanada, mobil masuk ke danau karena mengikuti GPS, membuat tergelitik untuk artikel ini untuk sedikit mengupas GPS dan cara aman menggunakan GPS saat berkendara.
Seperti artikel yang telah diposting yaitu Tips Memilih GPS untuk pesepeda, hal penting yang harus diluruskan adalah... yang disebut GPS ya pasti sistem penentu posisi yang menggunakan satelit-satelit GPS, titik. Jadi, kalau ada ponsel pintar atau gadget / gawai yang mengaku memiliki GPS, periksa dahulu, apakah benar GPS yang tertanam menggunakan satelit-satelit GPS. Lho, memang ada ya yang tidak menggunakan satelit-satelit??? Ada! disebut LBS (Location Based Service), yaitu layanan penentu lokasi milik operator GSM! LBS juga sistem penentu posisi ponsel atau gadget yang menggunakan SIM card dari operator GSM. Nah, kalau ada ponsel pintar atau gadget / gawai yang memiliki A-GPS (Assisted GPS) berarti ponsel atau gawai tersebut seharusnya menggunakan GPS dan LBS untuk menentukan posisinya. Ponsel atau gawai yang memiliki fitur A-GPS, jika tidak ada sinyal dari operator GSM, seharusnya GPS masih bisa digunakan, dengan menggunakan GPS, karena satelit-satelit GPS bekerja terus menerus tanpa henti selama 24 jam.
Satelit-satelit GPS hanya mengirimkan informasi berupa koordinat posisi ke GPS receiver yang terpasang di kendaraan atau pada gawai yang dipegang oleh seseorang. Jika ada alat yang bisa menunjukkan jalan, itu adalah alat navigasi yang memanfaatkan koordinat posisi yang dikirimkan dari satelit-satelit GPS. Jadi di dalam alat navigasi tersebut tertanam GPS receiver. Di dalam alat navigasi tersebut, juga tertanam data peta (sebut saja : peta). Pada saat pengguna menentukan tujuan, maka alat navigasi tersebut akan menentukan rute, jalan-jalan mana yang harus dilewati oleh pengguna, dengan cara menghitung koordinat posisi alat navigasi, koordinat-koordinat jalan pada peta, dan koordinat posisi tempat tujuan. Pada saat pengguna dan alat navigasi bergerak, maka secara berkala, alat navigasi tersebut akan selalu menghitung ulang dan memperbarui data koordinat posisinya, dan memperbarui tampilan di layar alat navigasi tersebut.
Hal utama yang harus diluruskan... alat navigasi GPS adalah alat bantu yang menyarankan rute yang harus dilalui. Harap dicatat, saya menggarisbawahi kalimat "alat bantu". Alat-alat bantu keselamatan, seperti halnya sabuk keselamatan (safety belt), helm, pelindung siku dan lutut, safety boots, dan lainnya, semua alat itu hanya mengurangi dampak yang merugikan pada saat terjadi kecelakaan, bukan menyelamatkan (itu yang disampaikan waktu saya mengikuti safety training). Terus yang menyelamatkan apa dong? yang menyelamatkan adalah : pola pikir, pengetahuan dan perilaku kita sendiri, titik. Jadi pada saat menggunakan alat navigasi GPS, manusialah yang berperan utama. Apakah percaya pernuh 100% kepada alat navigasi GPS, atau tetap menggunakan alat navigasi GPS dengan tetap memperhatikan faktor keselamatan. Sederhananya, kita tidak boleh tergantung dan percaya sepenuhnya terhadap alat navigasi GPS. Sebagai gambaran logika... jika mengendarai sepeda motor, sudah pakai helm, sarung tangan, sepatu safety, baju balap, alat safety secara lengkap, motor dalam kondisi prima, lalu apa kita boleh mengendarai motor sekencang-kencangnya??? Demikian juga dengan pemakaian alat navigasi GPS. Apa karena sudah menggunakan alat navigasi GPS lalu kita mengikuti rute yang disarankan sepenuhnya??? Jawabannya adalah, TIDAK!!!
Berita-berita kecelakaan yang terkait dengan alat navigasi GPS, cenderung menyudutkan dan menyalahkan alat tersebut. Ya sah-sah aja sih, orang itu alat punya dia, dibeli pakai uang dia... hehehe. Dalam hal keselamatan, penyebab kecelakaan itu ada dua, yaitu unsafe condition dan unsafe act. Jika ada dua aspek tersebut, pasti terjadi kecelakaan. Kalau hanya ada salah satu aspek, kemungkinan besar kecelakaan dapat terjadi. Saya ambil contoh dari berita mobil nyemplung danau di Kanada. Unsafe condition-nya : malam hari, hujan, kabut, pengendara tidak mengenali jalan di wilayah tersebut (menurut berita, kondisi lainnya tidak diketahui). Unsafe act-nya : pengendara tetap mengendarai kendaraannya dalam kondisi cuaca buruk, pengendara mengandalkan sepenuhnya alat navigasi GPS (menurut berita). Jadi si pengendara melakukan unsafe act dalam unsafe condition. Ingat lho... pada saat berkendara, mata kita harus selalu memperhatikan jalan ayng akan dilalui, marka-marka jalan, lampu-lampu jalan, bangunan-bangunan, dan hal-hal lain yang dapat membantu kita melakukan navigasi! Saya memang tidak tahu berapa kecepatan mobil yang nyemplung danau tersebut. Tapi kalau mobil itu nyemplung sampai 30 m dari tepi danau??? Perkiraan saya mobil dipacu dengan kecepatan di atas kecepatan aman. Nyetir malem-malem, sudah hujan, ada kabut pula, kalau yang waras sih paling kecepatannya pelan, paling tidak 5 sampai 10 km per jam. Bagaimana, sudah jelas dengan unsafe condition dan unsafe act? Kalau belum bisa dibaca ulang atau mencari sumber lainnya di internet. Sebagai tambahan, perhatikan foto-foto berikut ini. Disekiling danau adalah pemukiman, bukan kebon atau hutan. Seharusnya pengemudi dapat mengenali bayangan bangunan, lampu-lampu meski samar, dan kondisi jalan yang akan dilalui meski sulit dilihat.
Meski banyak berita yang menyudutkan alat navigasi GPS, namun GPS saat ini sudah menjadi alat utama untuk navigasi baik oleh militer, nelayan, pendaki gunung, ahli geologi, dsb. Karena jika menggunakan peta, untuk menentukan posisi kita di peta bukanlah suatu hal yang mudah dan butuh kemampuan khusus. Bagaimanapun juga, lebih baik menggunakan alat navigasi GPS saat berada di daerah tidak dikenal dari pada tidak menggunakannya sama sekali. Karena menggunakan alat navigasi GPS lebih mudah dari pada menggunakan peta. Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan saat menggunakan alat navigasi GPS, berikut cara aman menggunakan GPS untuk navigasi saat berkendara dengan mobil, motor, sepeda.
Salam gowes!