Jumat, 29 April 2016

Jenis Sepeda Gunung (MTB) Berdasarkan Frame atau Rangka

Jenis sepeda gunung sebenarnya cukup banyak, namun kali ini akan memuat jenis sepeda gunung berdasarkan frame atau rangka sepeda. Umumnya jenis frame sepeda gunung ada 4 yaitu : rigid, soft tail, hard tail, dan full suspension. Berikut foto jenis-jenis sepeda gunung atau MTB berdasarkan frame atau rangkanya. Selain itu dapat juga mengunduh foto-foto tersebut dalam format pdf di akhir artikel.

 

Sepeda gunung rigid memiliki rangka sama seperti sepeda pada umumnya, tidak memiliki suspensi atau shockbreaker / shockabsorber.


Sepeda gunung hard tail hanya memiliki suspensi / shockbreaker pada garpu (fork) depan saja.


Sepeda gunung soft tail hanya memiliki suspensi / shockbreaker pada garpu (fork) depan dan suspensi pada bagian belakang. Namun suspensi belakang hanya berupa frame yang lentur atau fleksibel dan tidak memiliki sendi (pivot) pada frame. Dan gerak suspensi belakang pendek sekitar 1-4 inci.


Sepeda gunung full suspension memiliki suspensi di fork depan dan bagian belakang frame. Suspensi belakang menggunakan per atau udara seperti suspensi depan. Gerak suspensi belakang bisa sampai 8 inci


Salam gowes!

Trek Gowes MTB XC : Jalur Jatiasih

Jalur Jatiasih atau JJ merupakan salah satu trek gowes cross country (XC) para goweser yang menggunakan sepeda gunung alias MTB. Trek gowes Jalur Jatiasih ini sangat populer di kalangan goweser sekitar Jabodetabek. Karena memiliki medan yang lumayan menantang. Sebenarnya banyak artikel mengenai JJ yang dimuat di internet. Di sini saya hanya akan share daftar check point rute Jalur Jatiasih melalui Google Maps dengan view Satelit untuk mempermudah melihat rute. Check point adalah data koordinat lokasi yang dipilih.




Link Google Maps yang menampilkan daftar check point rute Jalur Jatiasih : Peta Jalur Jatiasih (JJ) untuk Gowes

Berikut ini adalah daftar check point rute gowes Jalur Jatiasih dalam format csv (Comma Separated Value) :

Nama Titik, Lintang, Bujur
Check Point 01, -6.334973, 106.959577
Check Point 02, -6.337426, 106.957689
Check Point 03, -6.340006, 106.955264
Check Point 04, -6.345863, 106.954664
Check Point 05, -6.346684, 106.953602
Check Point 06, -6.348145, 106.957496
Check Point 07, -6.344404, 106.961740
Check Point 08, -6.338570, 106.960264
Check Point 09, -6.337776, 106.958761
Check Point 10, -6.334973, 106.959577

Check Point 01 merupakan entry point di dekat perumahan Greenwood Residence. Check Point 10 atau terakhir kembali ke Check Point 01. Entry point bagi yang mengendarai mobil adalah dari Jl. Wibawa Mukti II melalui pintu keluar tol Jatiasih, atau bisa juga melalui Kompleks Vila Nusa Indah - Jl. Raya Bojong Kulur - Jl. Raya Ciangsana, Bekasi.

Semoga bermanfaat, stay healthy... Salam gowes!



Rabu, 27 April 2016

Pengalaman Navigasi Menggunakan Aplikasi GPS pada Ponsel Android

Sudah dari dulu aplikasi GPS pada ponsel Android sudah di install. Namun baru beberapa tahun kemudian aplikasi GPS tersebut baru digunakan untuk navigasi saat pergi ke luar kota, yang kemudian juga digunakan pada saat gowes. Berikut beberapa pengalaman navigasi menggunakan aplikasi GPS pada ponsel Android.

Pengalaman pertama, saya menggunakan aplikasi GPS bernama NDrive. Aplikasi NDrive ini merupakan salah satu aplikasi navigasi menggunakan GPS offline alias menggunakan satelit tanpa perlu koneksi internet. Tentu saja waktu install aplikasi ini tidak ada peta Indonesia. Peta Indonesia untuk NDrive diunduh secara terpisah. Waktu itu peta digunakan untuk navigasi dari Semarang ke Jogja menggunakan mobil. Gadget Android yang digunakan adalah tablet buatan Cina yang murah meriah. Meskin pernah beberapa kali melakukan perjalanan Semarang - Jogja - Solo - Semarang, namun waktu itu nggak pede sehingga butuh bantuan GPS untuk navigasi. Secara umum aplikasi ini lumayan baik untuk navigasi. Pada saat proses mengunci satelit (satellites locking) butuh waktu yang cukup lama, mungkin karena gadget-nya. Namun setelah mengunci dan masuk ke dalam mobil, penguncian tidak lepas. Fitur lain dari NDrive adalah voice guide. Voice guide ini membantu saya untuk navigasi, biar pun waktu itu menggunakan bahasa Inggris. Jika kita keluar dari jalur yang disarankan oleh NDrive, di tampilan akan muncul garis lurus putus-putus yang menunjukkan arah jalur yang disarankan, sehingga saya tahu posisi saya di mananya jalur yang disarankan. Secara umum pemakaian NDrive cukup mudah buat pemula.


Tampilan NDrive

Pengalaman berikutnya navigasi menggunakan aplikasi navigasi GPS bernama Navitel untuk ponsel Android. Rute yang dilalui adalah Jakarta - Semarang - Temanggung - Jogja - Madiun - Semarang - Jakarta. Gadget yang digunakan adalah ponsel pintar Android bukan tablet lagi. Saya ganti aplikasi dari NDrive ke Navitel, alasannya adalah "katanya peta Navitel lebih lengkap dari pada NDrive" Sebenarnya sih kalau kita melalui jalur-jalur atau jalan-jalan utama, antara NDrive dan Navitel, petanya sama saja, kecuali kalau kita mau blusukan atau cari jalan alternatif. Secara kesuluruhan menggunakan Navitel cukup mudah dan membantu. Namun adalah beberapa hal yang sangat disayangkan (menurut saya) yaitu kalau kita keluar dari jalur yang disarankan, tidak ada garis penunjuka posisi kita terhadap jalur yang disarankan. Dengan kata lain, kita kita tahu seberapa jauh dari jalur yang seharusnya. Oh iya, kenapa saya keluar dari jalur yang disarankan oleh aplikasi antara lain; mencoba melewati jalur alternatif untuk menghindari melewati jalan dalam kota yang nota bene lebih ramai dan butuh waktu yang lama. Selain itu, jalur dipindahkan karena ada perbaikan jalan atau ada acara sehingga jalan ditutup. Satu hal yang menurut saya mengganggu adalah, jika saya ingin menuju suatu alamat, saya harus memasukkan nama kabupaten, nama kecamatan, nama kelurahan, padahal saya tidak tahu nama-nama itu, tahunya cuma nama jalan. Hasl tersebut tidak ditemukan waktu menggunakan NDrive. Di daerah Sangiran (kalau tidak salah), Navitel menyarankan melewati suatu jalan, namun jalan itu tidak ada! namun berupa kebun tebu! Hal lain yang jarang saya alami waktu menggunakan NDrive adalah pada Navitel sering melakukan rerouting. Re-routing adalah proses kalkulasi ulang GPS untuk menentukan rute atau jalur baru yang akan dilalui oleh kita. Re-reouting dapat terjadi karena; penguncian satelit lepas karena tidak ada sinyal satelit; atau kita tidak melewati jalur atau rute yang disarankan oleh aplikasi GPS.

Tampilan Navitel


Pengalaman lain masih mengggunakan aplikasi navigasi GPS Navitel adalah rute Jakarta - Bandung. Waktu itu saya menggunakan Navitel karena saya tidak paham jalanan di kota Bandung. Dengan berbekal alamat tujuan, saya pasrahkan navigasi sepenuhnya kepada Navitel. Alhamdulillah, waktu berangkat tidak ada masalah, sampai di tempat tujuan dengan lancar. Nah, waktu pulangnya nih... saya tidak melalui rute yang sama waktu berangkat karena teman-teman ingin cari oleh-oleh dahulu. Oke lah, aplikasi GPS Navitel diset ke suatu jalan yang katanya banyak oleh-oleh yang dicari. Menuju sasaran sih nggak masalah, yang bikin sebel ternyata oleh-oleh yang dicari nggak dapet! huff... Akhirnya dengan tangan hampa, sudah larut malam dan lelah, pulang ke Jakarta, dan Navitel diset untuk menunjukkan jalan pulang ke Jakarta. Setelah beberapa saat melalui rute yang disarankan oleh navitel, tiba-tiba di depan ada rambu verboden! padahal jalan itu yang disarankan oleh Navitel!! Dengan santai saya belokkan mobil ke arah lain dan Navitel melakukan re-routing. Mengikuti rute hasil re-routing, sekonyong-konyong saya berada di tengah-tengah kompleks perumahan yang sepi dan tiba-tiba jalanan menyempit. Mobil saya hentikan dan saya ragu. Teman-teman yang mengandalkan saya, akhirnya menyarankan untuk putar balik. Saya pun mengikuti saran teman-teman. Setelah putar balik dan jauh dari wilayah tadi, kembali menggunakan GPS setalah re-routing). Lumayan ada waktu yang terbuang.

Pengalaman berikutnya, masih rute Jakarta - Bandung. Berdasarkan pengalaman ke Bandung sebelumnya menggunakan Navitel, akhirnya saya putuskan menggunakan Google Maps untuk navigasi. Google Maps memiliki fitur navigasi yang oleh Google Maps disebut "Petunjuk Arah". Google Maps sempat saya gunakan untuk navigasi waktu di Bandung, dari penginapan ke tempat acara. Kali ini Jakarta - Bandung (Hotel Trans) menggunakan Google Maps. Google Maps menurut saya jika digunakan untuk navigasi, akan menggunakan dua sistem, yaitu GPS offline (satelit) dan GPS online (operator seluler [internet]). Yang saya suka adalah penguncian satelit lebih cepat dari pada NDrive maupun Navitel, karena dibantu oleh operator seluler (posisi kita ditentukan dari hasil triangulasi BTS-BTS milik operator seluler. Baca : nyedot pulsa). Untung saya pakai paket internet, sehingga pulsa tidak banyak tersedot! Menggunakan Google Maps untuk navigasi lebih mudah dan nyaman dari pada NDrive maupun Navitel. Selain petanya lebih lengkap, Google Maps juga menampilkan kondisi lalu lintas, lancar, ramai, atau macet. Jika lalu lintas lancar maka tidak ada perubahan warna jalan (putih), jika ramai, maka ruas jalan yang ramai akan berwarna kuning, jika macet akan berwarna merah. Ternyata fitur ini dari dapat dari para pengguna aplikasi Waze (Google telah membeli Waze. Waze adalah aplikasi navigasi juga berbasis komunitas, di mana para penggunanya dapat meng-update "status" saat berkendara). Salah satu proses default dari Google Maps adalah, Google Maps akan memilih rute yang tersingkat / terpendek dan tercepat (tidak macet). Hal ini menyenangkan tapi juga dapat membuat galau. Bagaimana tidak, waktu itu Google Maps menyarankan melalui suatu jalan, yang lebarnya pas satu mobil, dan padat penduduk, OMG! Saya tidak berani lewat, saya putuskan melalui jalan lain, biarkan Google Maps re-routing! Proses re-routing Google Maps terbilang lama dibandingkan Navitel. Mungkin karena pakai saluran internet untuk melakukan re-routing (peta yang ada di Google Map online lho...! sedangkan peta yang ada di NDrive dan Navitel ada di dalam gadget atau ponsel kita sendiri) Hal ini membuat saya harus melambatkan kendaraan sambil menunggu re-routing Google Maps selesai. Keliling Bandung menggunakan Google Maps hampir tidak ada masalah selama kita mengikuti rute yang disarankan hehehe

Sekian

Jumat, 22 April 2016

Olah Raga Jalan Kaki, Lari dan Bersepeda Menggunakan Runkeeper

Kalau dipikir-pikir sih sebenarnya saya nggak begitu suka olah raga outdoor alias di luar rumah. Tapi kok ya melakukannya ya? Padahal saya termasuk kategori orang rumahan alias jarang ke luar rumah. Hmm, mungkin karena hobby nglayap kali ya jadi cocok kalau olah raga outdoor. Atau mungkin karena hobby ngutak atik gadget jadi penguat untuk melakukan olah raga. Atau mungkin juga kurang kerjaan. :D Sebenarnya olah raga lagi karena belahan jiwa *cieee* menderita sakit yang mengharuskannya berolah raga untuk mencegah sakit lebih parah.

Sejak mulai kembali berolah raga, dan kebetulan punya ponsel atawa telepon genggan alias hand phone aka HP, saya cari-cari program komputer aplikasi untuk mencatat aktivitas olah raga di Google Play. Akhirnya pilihan jatuh ke Runkeeper. Pertimbangannya, mmm... *rada lupa* kalau nggak salah, simple, ringan (nggak banyak makan memori ponsel dan prosesornya), bisa untuk mencatat aktivitas jalan kaki, menggunakan GPS satelit dan nilai review dari para penggunanya termasuk tinggi. Sebenarnya ada aplikasi-aplikasi lain yang populer. Tapi ya namanya sudah milih ya sudah itu aja :) Oh iya sebenarnya ada sedikit yang agak kurang suka di aplikasi ini yaitu kudu online berarti kudu punya pulsa. Update : Runkeeper ternyata masih dapat digunakan secara offline (tidak perlu koneksi internet). Selama ponselnya memiliki GPS offline, data akan tetap terimpan di dalam ponsel, dan setelah terhubung lagi ke internet, secara otomatis akan melakukan sinkronisasi.

Runkeeper ini termasuk kategori aplikasi GPS tracker. Aplikasi GPS tracker adalah aplikasi yang mencatat dan menyimpan koordinat-koordinat posisi kita saat kita jalan, lari, maupun bersepeda. Dari data koordinat tersebut, Runkeeper menghitung, jarak tempuh, waktu tempuh, kecepatan, dan kalori terbakar. Jika kita menggunakan yang versi berbayar, kita dapat menggunakan fitur planning atau perencaan olah raga, baik itu perencanaan untuk sehat atau fit, penurunan berat badan, maupun kompetisi. Buat saya data yang utama adalah berapa jauh saya jalan / lari / bersepeda, lalu saya bandingkan dengan kondisi tubuh setelah berolah raga, tujuannya adalah jangan sampai tubuh yang sudah uzur ini, diforsir atau over training.

Jika kita selesai menginstall Runkeeper maka kita akan diminta membuat akun. Pembuatan akun membutuhkan alamat e-mail. Selain itu pembuatan akun dapat juga melalui media sosial seperti Facebook, dll. jika kita sudah punya salah satu akun media sosial tersebut. Lalu kita akan disajikan ucapan selamat datang dsb. Setelah melalui itu, baru kita dapat menggunakan aplikasi Runkeeper. Berikut tampilan saat memulai aktivitas.

 Tampilan saat akan mulai aktivitas

Setelah menyentuh tombol hijau di bagian paling bawah layar, maka tampilan akan berubah seperti berikut ini.

Tampilan saat beraktivitas

Salah satu fitur yang saya sukai dari Runkeeper adalah ada notifikasi atau pemberitahuan berupa suara atau audio. Pemberitahuannya adalah jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan dalam interval tertentu (kalau tidak salah setiap 5 menit sekali). Grafik batang pada tampilan saat beraktivitas adalah kecepatan. Saat kita berhenti sejenak, kita bisa  menekan tombol Pause dan melanjutkannya lagi nanti. Jika olah raga sudah selesai, kita tinggal tekan tombol Stop. Setelah itu kita bisa Save atau simpan. Sebaiknya disimpan untuk statistik kegiatan kita.

Sebenarnya fitur di Runkeeper lumayan banyak, seperti bisa mendengarkan musik sambil berolah raga, sharing ke teman-teman, dsb. namun saya tidak pernah mencoba menggunakannya. Fitur yang sudah pasti saya gunakan adalah, Kita dapat mengakses data olah raga kita melalui situs web resmi Runkeeper, yaitu www.runkeeper.com. Di situs tersebut kita disajikan dengan data dan statistik semua kegiatan yang kita simpan. Ingat, data yang disimpan. Berikut tampilan-tampilannya.


Tampilan Feed pada Situs

Tampilan Me pada Situs

Semoga bermanfaat, salam gowes!

Olah Raga Jalan Kaki, Lari dan Bersepeda Menggunakan Runkeeper

Kalau dipikir-pikir sih sebenarnya saya nggak begitu suka olah raga outdoor alias di luar rumah. Tapi kok ya melakukannya ya? Padahal saya termasuk kategori orang rumahan alias jarang ke luar rumah. Hmm, mungkin karena hobby nglayap kali ya jadi cocok kalau olah raga outdoor. Atau mungkin karena hobby ngutak atik gadget jadi penguat untuk melakukan olah raga. Atau mungkin juga kurang kerjaan. :D Sebenarnya olah raga lagi karena belahan jiwa *cieee* menderita sakit yang mengharuskannya berolah raga untuk mencegah sakit lebih parah.

Sejak mulai kembali berolah raga, dan kebetulan punya ponsel atawa telepon genggan alias hand phone aka HP, saya cari-cari program komputer aplikasi untuk mencatat aktivitas olah raga di Google Play. Akhirnya pilihan jatuh ke Runkeeper. Pertimbangannya, mmm... *rada lupa* kalau nggak salah, simple, ringan (nggak banyak makan memori ponsel dan prosesornya), bisa untuk mencatat aktivitas jalan kaki, menggunakan GPS satelit dan nilai review dari para penggunanya termasuk tinggi. Sebenarnya ada aplikasi-aplikasi lain yang populer. Tapi ya namanya sudah milih ya sudah itu aja :) Oh iya sebenarnya ada sedikit yang agak kurang suka di aplikasi ini yaitu kudu online berarti kudu punya pulsa. Update : Runkeeper ternyata masih dapat digunakan secara offline (tidak perlu koneksi internet). Selama ponselnya memiliki GPS offline, data akan tetap terimpan di dalam ponsel, dan setelah terhubung lagi ke internet, secara otomatis akan melakukan sinkronisasi.

Runkeeper ini termasuk kategori aplikasi GPS tracker. Aplikasi GPS tracker adalah aplikasi yang mencatat dan menyimpan koordinat-koordinat posisi kita saat kita jalan, lari, maupun bersepeda. Dari data koordinat tersebut, Runkeeper menghitung, jarak tempuh, waktu tempuh, kecepatan, dan kalori terbakar. Jika kita menggunakan yang versi berbayar, kita dapat menggunakan fitur planning atau perencaan olah raga, baik itu perencanaan untuk sehat atau fit, penurunan berat badan, maupun kompetisi. Buat saya data yang utama adalah berapa jauh saya jalan / lari / bersepeda, lalu saya bandingkan dengan kondisi tubuh setelah berolah raga, tujuannya adalah jangan sampai tubuh yang sudah uzur ini, diforsir atau over training.

Jika kita selesai menginstall Runkeeper maka kita akan diminta membuat akun. Pembuatan akun membutuhkan alamat e-mail. Selain itu pembuatan akun dapat juga melalui media sosial seperti Facebook, dll. jika kita sudah punya salah satu akun media sosial tersebut. Lalu kita akan disajikan ucapan selamat datang dsb. Setelah melalui itu, baru kita dapat menggunakan aplikasi Runkeeper. Berikut tampilan saat memulai aktivitas.

 Tampilan saat akan mulai aktivitas

Setelah menyentuh tombol hijau di bagian paling bawah layar, maka tampilan akan berubah seperti berikut ini.

Tampilan saat beraktivitas

Salah satu fitur yang saya sukai dari Runkeeper adalah ada notifikasi atau pemberitahuan berupa suara atau audio. Pemberitahuannya adalah jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan dalam interval tertentu (kalau tidak salah setiap 5 menit sekali). Grafik batang pada tampilan saat beraktivitas adalah kecepatan. Saat kita berhenti sejenak, kita bisa  menekan tombol Pause dan melanjutkannya lagi nanti. Jika olah raga sudah selesai, kita tinggal tekan tombol Stop. Setelah itu kita bisa Save atau simpan. Sebaiknya disimpan untuk statistik kegiatan kita.

Sebenarnya fitur di Runkeeper lumayan banyak, seperti bisa mendengarkan musik sambil berolah raga, sharing ke teman-teman, dsb. namun saya tidak pernah mencoba menggunakannya. Fitur yang sudah pasti saya gunakan adalah, Kita dapat mengakses data olah raga kita melalui situs web resmi Runkeeper, yaitu www.runkeeper.com. Di situs tersebut kita disajikan dengan data dan statistik semua kegiatan yang kita simpan. Ingat, data yang disimpan. Berikut tampilan-tampilannya.


Tampilan Feed pada Situs

Tampilan Me pada Situs

Semoga bermanfaat, salam gowes!

Olah Raga Jalan Kaki, Lari dan Bersepeda Menggunakan Runkeeper

Kalau dipikir-pikir sih sebenarnya saya nggak begitu suka olah raga outdoor alias di luar rumah. Tapi kok ya melakukannya ya? Padahal saya termasuk kategori orang rumahan alias jarang ke luar rumah. Hmm, mungkin karena hobby nglayap kali ya jadi cocok kalau olah raga outdoor. Atau mungkin karena hobby ngutak atik gadget jadi penguat untuk melakukan olah raga. Atau mungkin juga kurang kerjaan. :D Sebenarnya olah raga lagi karena belahan jiwa *cieee* menderita sakit yang mengharuskannya berolah raga untuk mencegah sakit lebih parah.

Sejak mulai kembali berolah raga, dan kebetulan punya ponsel atawa telepon genggan alias hand phone aka HP, saya cari-cari program komputer aplikasi untuk mencatat aktivitas olah raga di Google Play. Akhirnya pilihan jatuh ke Runkeeper. Pertimbangannya, mmm... *rada lupa* kalau nggak salah, simple, ringan (nggak banyak makan memori ponsel dan prosesornya), bisa untuk mencatat aktivitas jalan kaki, menggunakan GPS satelit dan nilai review dari para penggunanya termasuk tinggi. Sebenarnya ada aplikasi-aplikasi lain yang populer. Tapi ya namanya sudah milih ya sudah itu aja :) Oh iya sebenarnya ada sedikit yang agak kurang suka di aplikasi ini yaitu kudu online berarti kudu punya pulsa. Update : Runkeeper ternyata masih dapat digunakan secara offline (tidak perlu koneksi internet). Selama ponselnya memiliki GPS offline, data akan tetap terimpan di dalam ponsel, dan setelah terhubung lagi ke internet, secara otomatis akan melakukan sinkronisasi.

Runkeeper ini termasuk kategori aplikasi GPS tracker. Aplikasi GPS tracker adalah aplikasi yang mencatat dan menyimpan koordinat-koordinat posisi kita saat kita jalan, lari, maupun bersepeda. Dari data koordinat tersebut, Runkeeper menghitung, jarak tempuh, waktu tempuh, kecepatan, dan kalori terbakar. Jika kita menggunakan yang versi berbayar, kita dapat menggunakan fitur planning atau perencaan olah raga, baik itu perencanaan untuk sehat atau fit, penurunan berat badan, maupun kompetisi. Buat saya data yang utama adalah berapa jauh saya jalan / lari / bersepeda, lalu saya bandingkan dengan kondisi tubuh setelah berolah raga, tujuannya adalah jangan sampai tubuh yang sudah uzur ini, diforsir atau over training.

Jika kita selesai menginstall Runkeeper maka kita akan diminta membuat akun. Pembuatan akun membutuhkan alamat e-mail. Selain itu pembuatan akun dapat juga melalui media sosial seperti Facebook, dll. jika kita sudah punya salah satu akun media sosial tersebut. Lalu kita akan disajikan ucapan selamat datang dsb. Setelah melalui itu, baru kita dapat menggunakan aplikasi Runkeeper. Berikut tampilan saat memulai aktivitas.

 Tampilan saat akan mulai aktivitas

Setelah menyentuh tombol hijau di bagian paling bawah layar, maka tampilan akan berubah seperti berikut ini.

Tampilan saat beraktivitas

Salah satu fitur yang saya sukai dari Runkeeper adalah ada notifikasi atau pemberitahuan berupa suara atau audio. Pemberitahuannya adalah jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan dalam interval tertentu (kalau tidak salah setiap 5 menit sekali). Grafik batang pada tampilan saat beraktivitas adalah kecepatan. Saat kita berhenti sejenak, kita bisa  menekan tombol Pause dan melanjutkannya lagi nanti. Jika olah raga sudah selesai, kita tinggal tekan tombol Stop. Setelah itu kita bisa Save atau simpan. Sebaiknya disimpan untuk statistik kegiatan kita.

Sebenarnya fitur di Runkeeper lumayan banyak, seperti bisa mendengarkan musik sambil berolah raga, sharing ke teman-teman, dsb. namun saya tidak pernah mencoba menggunakannya. Fitur yang sudah pasti saya gunakan adalah, Kita dapat mengakses data olah raga kita melalui situs web resmi Runkeeper, yaitu www.runkeeper.com. Di situs tersebut kita disajikan dengan data dan statistik semua kegiatan yang kita simpan. Ingat, data yang disimpan. Berikut tampilan-tampilannya.


Tampilan Feed pada Situs

Tampilan Me pada Situs

Semoga bermanfaat, salam gowes!

Sabtu, 16 April 2016

Membuat Ponsel Android Menjadi Alat GPS Navigasi

Halo goweser! memiliki sebuah alat GPS untuk navigasi atau penunjuk jalan merupakan kebutuhan para pesepeda atau goweser. Karena dengan memiliki alat GPS untuk navigasi dapat membantu kita untuk menunjukkan jalan atau rute yang akan dilalui dan dituju tanpa takut tersesat serta dapat mengetahui jarak dan memperkirakan waktu. Jika ingin tahu tips memilih GPS untuk navigasi bisa baca artikel Tips Memilih GPS untuk Pesepeda yang pernah dimuat sebelumnya. Jika kita lihat harga-harga alat GPS untuk navigasi yang dijual, tentu membuat berpikir ulang untuk membelinya, terutama buat yang kantongnya cekak. Namun ada alternatif lain jika kita ingin memiliki alat GPS untuk navigasi saat bersepeda, yaitu menggunakan telepon genggam atau smartphone berbasis Android. Berikut hal-hal yang harus anda perhatikan jika ingin membuat ponsel Android anda menjadi GPS navigasi;

  • Ponsel atau HP Android anda harus memiliki fitur GPS, karena tidak semua ponsel Android memiliki fitur ini.
  • Pastikan fitur GPS di ponsel Android anda berjenis GPS offline (GPS yang menggunakan satelit). Jenis lainnya adalah GPS online. GPS online adalah GPS yang menggunakan koneksi internet untuk menentukan posisi anda. Tidak ada sinyal dari operator ponsel atau sinyalnya jelek, maka GPS tidak dapat digunakan. GPS offline adalah GPS yang tidak perlu koneksi internet, tidak perlu sinyal ponsel, dan langsung menggunakan satelit-satelit GPS untuk menentukan posisi anda. Untuk memeriksa ponsel memiliki fitur GPS offline atau tidak, nanti akan dibahas di paragraf tersendiri.
  • Unduh dan install program aplikasi GPS untuk navigasi dari Google Play ke ponsel Android anda. Aplikasi GPS navigasi ini juga dua jenis yaitu yang petanya online atau yang petanya offline. Jika peta pada aplikasi tersebut offline berarti kita tidak perlu sinyal dari operator ponsel dan tidak perlu koneksi internet cukup menggunakan satelit. Aplikasi GPS navigasi yang pernah dipakai adalah Navitel Navigator untuk Android. Peta Indonesia harus diunduh dari dari situs www.navigasi.net (Unduh peta Indonesia untuk aplikasi GPS Navitel). Cara unduh-install aplikasi dan peta bisa dicari dengan mudah di internet dengan kata kunci : navitel peta indonesia. Jika Navital dan peta Indonesia sudah terinstall di ponsel Android anda dengan benar, ponsel Android anda sudah menjadi alat GPS untuk navigasi.
  • Alternatif lain aplikasi GPS navigasi adalah Google Map yang sudah tersedia di dalam ponsel Android anda. Tinggal pakai. Yang harus diperhatikan adalah, petanya online, jadi butuh sinyal operator ponsel dan koneksi internet. Sebenarnya menggunakan peta Google Map bisa offline, tapi belum pernah uji coba digunakan di lapangan ...hehehe.
Untuk memeriksa apakah ponsel anda memiliki fitur GPS satelit berikut langkah-langkahnya :
  • Buka : Settings atau Pengaturan.

  • Pilih : Location atau Lokasi.
 
  • Pilih : Mode. Lalu / atau cari teks yang mengandung kata GPS (yang stabilo kuning pada gambar). Jika ada berarti ponsel Android anda memiliki fitur GPS satelit. Namun jika anda menemukan kata WiFi atau mobile networks tanpa ada kata GPS berarti ponsel Android anda tidak memiliki fitur GPS offline (satelit) tapi GPS online yang membutuhkan sinyal operator ponsel dan koneksi internet. Indikasi lain, jika ada pilihan Device Only atau Hanya Perangkat berarti ponsel anda memiliki GPS offline (satelit).

Cara lain untuk mengetahui apakah ponsel Android anda memiliki fitur GPS offline (satelit) adalah dengan mengunduh dan menginstall aplikasi GPS Essentials dari Google Play. Aplikasi tersebut akan menampilkan pemberitahuan jika ponsel Anda tidak memiliki fitur GPS offline.

Semoga berguna... salam gowes!


Jumat, 15 April 2016

Tips Memilih GPS Untuk Pesepeda

source : mapstore.com

Halo goweser! menjadi seorang pesepeda memang mengasyikkan apalagi suka blusukan ke sana ke mari. Informasi tempat tujuan gowes menjadi kebutuhan utama. Informasi tujuan gowes bisa didapatkankan dari mana saja. Namun yang terutama adalah pada saat gowes, sudah tahu jalannya belum? Kalau punya temen ngegowes yang sudah tahu jalan sih enak tinggal minta dipandu saja. Tapi bagi goweser yang nggak tahu jalan? ya tinggal nanya orang lah. Tapi cara lain, goweser bisa menggunakan GPS untuk membantu gowes menuju tujuan yang benar.

source : NOAA

Definisi GPS (singkatan dari Global Positioning System) menurut mbah Wiki, GPS adalah suatu sistem navigasi berbasis ruang, yang menyediakan informasi lokasi dan waktu di segala wilayah, medan, dan kondisi cuaca selama masih dapat dijangkau oleh satelit GPS. GPS ini merupakan layanan gratis yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat lho. Ada juga layanan sejenis dari Russia, Eropa, Jepang, dan sebagainya. Pemerintah AS mengorbitkan 24 satelit GPS di segala penjuru planet bumi. Untuk dapat memanfaatkan informasi dari GPS ya kita butuh alat yang disebut GPS receiver.

source : NASA

Cara kerja GPS, satelit-satelit GPS mengelilingi bumi sehari dua kali *cepet ya*. Setiap saat secara kontinyu atawa terus menerus masing-masing satelit GPS akan memancarkan sinyal ke bumi. Sinyal yang dipancarkan mengandung informasi. Informasinya adalah kode acak dan sebuah pesan yang berisi data TOT (Time Of Transmission) dan lokasi satelit. Kode acak ini merupakan kode unik yang salah satu gunanya adalah untuk membedakan asal kode dari satelit yang mana. Harap diingat, di orbit bumi jumlah satelit seabreg nggak cuma ada satelit GPS doang, ada satelit-satelit komunikasi, satelit-satelit cuaca, dsb. Sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh satelit-satelit GPS diterima oleh GPS receiver. GPS receiver ini akan mengkalkulasi informasi yang diterima. Hasil kalkulasi adalah informasi lokasi atau biasa disebut koordinat posisi lokasi (latitude dan longitude -Indonesia : Lintang dan Bujur-) dan ketinggian. Untuk menghitung koordinat posisi lokasi dibutuhkan paling sedikit 3 satelit. Lalu untuk menghitung ketinggian ditambah 1 satelit lagi jadi total butuh 4 satelit untuk mengetahui posisi dan ketinggian kita. Jadi GPS itu sebenarnya terdiri dari tiga unsur yaitu satelit GPS, GPS receiver, dan pengguna GPS receiver.

Dari uraian pada paragraf sebelumnya, sebenarnya GPS yang dijual di pasaran adalah GPS receiver untuk navigasi (selanjutnya kita sebut GPS navigasi). Nah, GPS navigasi yang dijual tersebut sudah dilengkapi peta. Dengan adanya peta, kita dapat melihat posisi kita ada di mana di suatu wilayah. Coba saja kalau di GPS navigasi tidak ada peta, kita tahunya cuma angka-angka koordinat, ketinggian, dan waktu! Selain itu, GPS navigasi juga tidak dapat menunjukkan kita sedang menghadap ke arah mana, ke utara kah? ke timur kah? GPS navigasi akan lebih akurat lagi kalau dikombinasikan dengan kompas dan sistem navigasi inersia.

 source : navigadget.com

Sebagai seorang pesepeda atau goweser, memiliki sebuah GPS navigasi dapat banyak membantu kita saat gowes di wilayah yang belum dikenal. Lalu GPS navigasi yang cocok untuk pesepeda atau goweser yang bagaimana? Berikut tips-tips atau saran-saran memilih GPS navigasi untuk goweser :

  • GPS navigasi merupakan perangkat elektronik. Perangkat elektronik pasti membutuhkan daya listrik. Daya listrik dari GPS navigasi untuk pesepeda umumnya dari batere. Karena kita gowes bisa berjam-jam atau seharian, maka pilihlah GPS navigasi yang hemat daya dan memiliki batere yang tahan lama.
  • Peta. Pilihlah GPS navigasi yang petanya paling lengkap dan terkini (paling update). Karena jalan selalu berkembang, kadang berubah, kadang hilang, kadang nambah, dsb. Tanpa peta yang lengkap dan terkini, bisa-bisa kita malah nyasar.
  • Pilih GPS navigasi yang ukuran layarnya mudah dilihat mata, resolusi tinggi, dan kontras tinggi saat terik matahari. Semuanya itu untuk mempermudah pembacaan informasi yang ditampilkan pada saat gowes tanpa perlu berhenti.
Demikian artikel mengenai GPS navigasi untuk pesepeda, semoga bermanfaat.

Salam gowes!

Kamis, 14 April 2016

Sepedaku

Sepedaku merupakan salah satu anugerah yang terindah untukku *halah!* Betapa tidak, dapat uang keringat hasil banting tulang tujuh hari tujuh malam lalu dapat lampu hijau dari mantan pacar *uhuyy! dengan proses mudah dan ringan akhirnya sampailah sepeda itu kepangkuanku di akhir tahun 2015. Akhirnya aku punya sepeda gunung beneran *emang ada yang bo'ongan???* dengan frame alumunium, rem cakram dan ada suspensi depan serta harga terjangkau.

Sebenarnya ada sepercik keraguan, sekiranya sepeda itu tidak kuat menaham bobot badan yang nyaris menyentuh satu kwintal ini. Tapi dengan memberanikan diri, mencobanya, ternyata keraguan itu tidak beralasan. Sepedaku santai-santai saja membawaku kemana pun pergi!

Sebelum membelinya, ada proses nanya-nanya dulu sama mbah Gugel berminggu-minggu. Meski waktu nanya-nanya mbah Gugel niatan untuk beli sepeda nyaris tidak ada. Tapi di dalam hati ini ingin punya sepeda gunung, tahan banting, enteng, murah, pakai rem cakram! Nominator tadinya Wim Cycle (nama Polygon dan United tersisihkan karena harganya yang susah dijangkau) tapi karena di toko nggak ada Wim Cycle ya seadanya saja. Untung waktu nanya-nanya mbah Gugel, nama Element disebut-sebut. Ya sudah terpilihlah dia, menjungkalkan nama lain seperti Pacific, Police, Genio, dll.

Dalam beberapa kali gowes, sepedaku secara keseluruhan terbilang cukup handal. Hanya ada satu kekurangan yaitu karet pegangan tangan di stang sepeda pas lebih kecil dari pada lebar telapak tangan, keras, sehingga kurang nyaman, bikin telapak tangan cepat semutan. Yang akhirnya diakali ditambahi busa sehingga agak empuk.

Itu saja tentang sepedaku :)