- Siapkan mental dan fisik (mental dulu ya, baru fisik). Hujan tidak dapat diprediksi, tapi bisa diantisipasi dan disikapi. Apapun bisa terjadi pada saat gowes dikala hujan. Dan kejadiannya bisa lebih ekstrim dari pada bersepeda dalam keadaan kering dan tidak turun hujan.
- Siapkan dry bag debagai wadah barang-barang jika hujan turun. Kalau saya sih cukup kantong plastik bekas yang tidak bocor dan bisa diikat / ditutup dengan rapat.
- Siapkan sepeda, ban sepeda
- Minyaki rantai, pedal, as pedal, as roda, derailleur, dan bagian-bagian lain pada sepeda yang apa bila terkena air, air sulit menempel.
- Pakai jas hujan yang pas di badan. Jangan menggunakan ponco karena ponco dapat masuk ke roda atau tersangkut sesuatu / kendaraan lain saat gowes.
- Biasakan memakai sepatu saat gowes. Memakai sandal membuat gerak mengayuh pedal lebih sulit, sering terpeleset, licin karena basah, sehingga tenaga dapat terbuang percuma dan risiko celaka lebih besar. Pilih sepatu yang tidak licin bagian dalam dan solnya saat basah. Pilih juga sepatu dengan bahan yang tidak menyerap air.
- Gunakan lampu depan, belakang dengan batere penuh / baru biar terang. Meski hujan turun di siang bolong, tetap saja pandangan kita dan pandangan pengemudi lain terhalang oleh redupnya cahaya dan tirai air hujan. Dengan lampu yang menyala terang, pengemudi kendaraan lain dapat melihat kita dengan cepat (visibilitas tinggi).
- Gunakan helm atau topi dengan penghalang sinar matahari (visor) yang panjang. Penghalang sinar matahari atau visor ini, dapat menahan tetes air hujan langsung mengenai mata. Visor dengan panjang 10 cm sudah cukup untuk menahan tetes air hujan (tidak kena mata) dengan kecepatan gowes 8 - 12 kpj
- Pasang fender / spatbor / spakbor / slebor sepeda. Fender / spatbor depan dapat mengurangi cipratan air, pasir, lumpur ke wajah dan mata. Fender / spatbor belakang dapat mengurangi cipratan air, pasir, lumpur ke sadel, pantat, punggung, dan bagian belakang kaki. Celana dan kaos yang kena cipratan susah dibersihkan lho.
- Masukkan barang-barang ke dalam dry bag atau kantong plastik, tutup dengan rapat. Jangan percaya terhadap rain cover yang disertakan dengan tas. Rain cover tas hanya untuk hujan rintik-rintik saja.
- Hindari genangan air. Karena mungkin ada lubang yang tertutup air sehingga tidak terlihat. Jika terpaksa melewati genangan air, pelan-pelan, hati-hati, dan penuh kewaspadaan.
- Waspadai daya pengereman. Daya kerja karet atau kanvas rem menurun pada saat hujan karena licin, sehingga keefektifannya menurun, membuat jarak pengereman sampai sepeda berhenti makin jauh. Goweslah dengan santai, mengerem dengan santai. Awas, pengereman dalam kondisi basah membuat karet / kanvas rem lebih cepat aus daripada kondisi kering. Jadi pastikan karet / kanvas masih cukup tebal dan penyetelannya pas untuk kondisi basah.
- Jaga suhu tubuh agar tetap hangat, agar tidak mengalami hipotermia atau overheat.
- Jika anda tidak yakin dengan kondisi tubuh, sepeda, maupun cuaca, berteduhlah dan beristirahat sampai hujan berhenti. Bagaimanapun juga, safety first.
Selasa, 25 Oktober 2016
Tips Gowes Saat Hujan Di Jalan Aspal
Gowes sambil hujan-hujanan? Sapa takut! Assyiik lho! Berikut tips-tips gowes atau bersepeda sambil hujan-hujanan.
Rabu, 05 Oktober 2016
Trek Gowes MTB XC : Jalur Pipa Gas Bekasi (JPG Bekasi)
Jalur Pipa Gas Bekasi (JPG Bekasi) merupakan salah satu trek gowes cross country
(XC) para goweser yang menggunakan sepeda gunung alias MTB. Trek gowes Jalur Pipa Gas Bekasi ini sangat populer di kalangan goweser sekitar
Jabodetabek. Trek ini merupakan salah satu trek relatif datar sehingga cocok buat goweser pemula atau goweser berpengalaman yang mau cari trek alternatif. Yang saya bagikan adalah file KML yang berisi koordinat 4 buah cek point (A, B, C, D) seperti pada gambar. File KML dapat diimpor pada Google Map. Cara untuk mengimpor file KML ke Google Map dapat anda baca di sini. Selain itu saya bagikan juga file KMZ yang dapat dibuka dengan Google Earth. Silahkan unduh file KML Jalur Pipa Gas Bekasi atau unduh file KMZ JPG Bekasi. Happy gowes, keep safety, salam gowes!
Gambar Peta Jalur Pipa Gas Bekasi (klik untuk memperbesar)
Rabu, 01 Juni 2016
Apakah GPS Berbahaya? Tips Cara Aman Menggunakan GPS
PERHATIAN : artikel ini ditulis berdasarkan pengalaman yang pernah dialami dan pengetahuan yang dimiliki penulis dengan berusaha seobjektif mungkin.
Membaca berita-berita mengenai kecelakan kendaraan yang menggunakan GPS sungguh sangat memprihatinkan. Berita terakhir, kecelakaan yang terjadi di Kanada, mobil masuk ke danau karena mengikuti GPS, membuat tergelitik untuk artikel ini untuk sedikit mengupas GPS dan cara aman menggunakan GPS saat berkendara.
Seperti artikel yang telah diposting yaitu Tips Memilih GPS untuk pesepeda, hal penting yang harus diluruskan adalah... yang disebut GPS ya pasti sistem penentu posisi yang menggunakan satelit-satelit GPS, titik. Jadi, kalau ada ponsel pintar atau gadget / gawai yang mengaku memiliki GPS, periksa dahulu, apakah benar GPS yang tertanam menggunakan satelit-satelit GPS. Lho, memang ada ya yang tidak menggunakan satelit-satelit??? Ada! disebut LBS (Location Based Service), yaitu layanan penentu lokasi milik operator GSM! LBS juga sistem penentu posisi ponsel atau gadget yang menggunakan SIM card dari operator GSM. Nah, kalau ada ponsel pintar atau gadget / gawai yang memiliki A-GPS (Assisted GPS) berarti ponsel atau gawai tersebut seharusnya menggunakan GPS dan LBS untuk menentukan posisinya. Ponsel atau gawai yang memiliki fitur A-GPS, jika tidak ada sinyal dari operator GSM, seharusnya GPS masih bisa digunakan, dengan menggunakan GPS, karena satelit-satelit GPS bekerja terus menerus tanpa henti selama 24 jam.
Satelit-satelit GPS hanya mengirimkan informasi berupa koordinat posisi ke GPS receiver yang terpasang di kendaraan atau pada gawai yang dipegang oleh seseorang. Jika ada alat yang bisa menunjukkan jalan, itu adalah alat navigasi yang memanfaatkan koordinat posisi yang dikirimkan dari satelit-satelit GPS. Jadi di dalam alat navigasi tersebut tertanam GPS receiver. Di dalam alat navigasi tersebut, juga tertanam data peta (sebut saja : peta). Pada saat pengguna menentukan tujuan, maka alat navigasi tersebut akan menentukan rute, jalan-jalan mana yang harus dilewati oleh pengguna, dengan cara menghitung koordinat posisi alat navigasi, koordinat-koordinat jalan pada peta, dan koordinat posisi tempat tujuan. Pada saat pengguna dan alat navigasi bergerak, maka secara berkala, alat navigasi tersebut akan selalu menghitung ulang dan memperbarui data koordinat posisinya, dan memperbarui tampilan di layar alat navigasi tersebut.
Hal utama yang harus diluruskan... alat navigasi GPS adalah alat bantu yang menyarankan rute yang harus dilalui. Harap dicatat, saya menggarisbawahi kalimat "alat bantu". Alat-alat bantu keselamatan, seperti halnya sabuk keselamatan (safety belt), helm, pelindung siku dan lutut, safety boots, dan lainnya, semua alat itu hanya mengurangi dampak yang merugikan pada saat terjadi kecelakaan, bukan menyelamatkan (itu yang disampaikan waktu saya mengikuti safety training). Terus yang menyelamatkan apa dong? yang menyelamatkan adalah : pola pikir, pengetahuan dan perilaku kita sendiri, titik. Jadi pada saat menggunakan alat navigasi GPS, manusialah yang berperan utama. Apakah percaya pernuh 100% kepada alat navigasi GPS, atau tetap menggunakan alat navigasi GPS dengan tetap memperhatikan faktor keselamatan. Sederhananya, kita tidak boleh tergantung dan percaya sepenuhnya terhadap alat navigasi GPS. Sebagai gambaran logika... jika mengendarai sepeda motor, sudah pakai helm, sarung tangan, sepatu safety, baju balap, alat safety secara lengkap, motor dalam kondisi prima, lalu apa kita boleh mengendarai motor sekencang-kencangnya??? Demikian juga dengan pemakaian alat navigasi GPS. Apa karena sudah menggunakan alat navigasi GPS lalu kita mengikuti rute yang disarankan sepenuhnya??? Jawabannya adalah, TIDAK!!!
Berita-berita kecelakaan yang terkait dengan alat navigasi GPS, cenderung menyudutkan dan menyalahkan alat tersebut. Ya sah-sah aja sih, orang itu alat punya dia, dibeli pakai uang dia... hehehe. Dalam hal keselamatan, penyebab kecelakaan itu ada dua, yaitu unsafe condition dan unsafe act. Jika ada dua aspek tersebut, pasti terjadi kecelakaan. Kalau hanya ada salah satu aspek, kemungkinan besar kecelakaan dapat terjadi. Saya ambil contoh dari berita mobil nyemplung danau di Kanada. Unsafe condition-nya : malam hari, hujan, kabut, pengendara tidak mengenali jalan di wilayah tersebut (menurut berita, kondisi lainnya tidak diketahui). Unsafe act-nya : pengendara tetap mengendarai kendaraannya dalam kondisi cuaca buruk, pengendara mengandalkan sepenuhnya alat navigasi GPS (menurut berita). Jadi si pengendara melakukan unsafe act dalam unsafe condition. Ingat lho... pada saat berkendara, mata kita harus selalu memperhatikan jalan ayng akan dilalui, marka-marka jalan, lampu-lampu jalan, bangunan-bangunan, dan hal-hal lain yang dapat membantu kita melakukan navigasi! Saya memang tidak tahu berapa kecepatan mobil yang nyemplung danau tersebut. Tapi kalau mobil itu nyemplung sampai 30 m dari tepi danau??? Perkiraan saya mobil dipacu dengan kecepatan di atas kecepatan aman. Nyetir malem-malem, sudah hujan, ada kabut pula, kalau yang waras sih paling kecepatannya pelan, paling tidak 5 sampai 10 km per jam. Bagaimana, sudah jelas dengan unsafe condition dan unsafe act? Kalau belum bisa dibaca ulang atau mencari sumber lainnya di internet. Sebagai tambahan, perhatikan foto-foto berikut ini. Disekiling danau adalah pemukiman, bukan kebon atau hutan. Seharusnya pengemudi dapat mengenali bayangan bangunan, lampu-lampu meski samar, dan kondisi jalan yang akan dilalui meski sulit dilihat.
Meski banyak berita yang menyudutkan alat navigasi GPS, namun GPS saat ini sudah menjadi alat utama untuk navigasi baik oleh militer, nelayan, pendaki gunung, ahli geologi, dsb. Karena jika menggunakan peta, untuk menentukan posisi kita di peta bukanlah suatu hal yang mudah dan butuh kemampuan khusus. Bagaimanapun juga, lebih baik menggunakan alat navigasi GPS saat berada di daerah tidak dikenal dari pada tidak menggunakannya sama sekali. Karena menggunakan alat navigasi GPS lebih mudah dari pada menggunakan peta. Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan saat menggunakan alat navigasi GPS, berikut cara aman menggunakan GPS untuk navigasi saat berkendara dengan mobil, motor, sepeda.
Belilah alat navigasi GPS yang akurat. Saat ini sudah ada alat navigasi yang menggunakan GPS (milik pemerintah AS) sekaligus GLONASS (milik pemerintah Rusia) sehingga akurasinya tinggi, disebutkan tingkat akurasinya 2 meter) Artinya posisi kita di muka bumi cuma bisa beda 2 m dengan yang ada di layar tampilan alat navigasi. Jika alat naigasi hanya menggunakan GPS saja tanpa GLONASS, akurasinya 20 meter (akurasi 2 m lebih baik dari pada akurasi 20 m). Jadi bagi yang telah terlanjur memiliki alat navigasi yang cuma menggunakan GPS, harap diingat ya, akurasinya 20 meter lho! Nah A-GPS menggunakan paduan GPS dan LBS untuk meningkatkan akurasi alat navigasi.
Pastikan alat navigasi GPS yang anda beli, memiliki peta yang paling terkini. Kenapa harus memiliki peta terkini? Karena kondisi jalan-jalan dan permukaan bumi dapat berubah-ubah setiap saat. Misalnya, ada wilayah, yang tadinya ada jalan dan pemukiman penduduk, lalu terkena gusur sehingga tidak ada lagi pemukiman dan jalanan, sedangkan peta tidak update, berarti antara kenyataan di lapangan dan peta sudah berbeda. Misal lagi, jalan tertimbun longsor atau terlibas banjir dahsyat sehingga jalannya hilang. Atau bisa juga dibangun jalan-jalan baru, dsb. Sehingga mutlak, alat navigasi GPS harus memiliki peta yang terkini dan selalu update secara berkala.
Rancanglah rute perjalanan sebelum keberangkatan. Buat dua rute, yaitu rute utama dan rute alternatif. Kegunaannya jika rute utama tidak bisa dilalui, kita bisa mengantisipasinya dengan melalui rute alternatif.
Jika rute utama dan rute alternatif yang akan dilalui belum dikenal atau tidak pernah dilewati, carilah informasi rute-rute tersebut sebanyak-banyaknya. Informasi rute dapat diperoleh dengan bertanya pada orang-orang yang mengenal daerah yang akan dilewati atau pernah melaluinya, bisa juga informasi didapat dari media cetak atau internet. Sebisa mungkin informasi rute-rute yang akan dilalui adalah informasi yang terkini juga.
Jika alat navigasi GPS mendukung membuat waypoints, gunakan fitur tersebut seoptimal mungkin. Waypoints berupa koordinat-koordinat patokan. Cara pemakaian waypoints dapat dilihat pada buku petunjuk pemakaian atau buku manual (user guide) alat navigasi GPS.
Pada saat alat navigasi GPS akan digunakan, pastikan dalam keadaan baik dan tidak rusak. Jika alat rusak, keputusan ada di tangan anda. Lanjutkan perjalan tanpa GPS atau perbaiki dahulu kalau perlu ganti alatnya sekalian. Meski kita telah menggunakan alat navigasi GPS, tidak ada salahnya kita membawa lembar peta juga yg sudah ditandai. Ingat, alat bisa rusak juga kan? Selain itu, bisa jadi saat kita melalui suatu wilayah, sinyal dari satelit-satelit GPS lemah atau tidak terjangkau. Hal tersebut disebabkan karena melalui jalan bergunung-gunung, berhutan-hutan, gedung-gedung tinggi, cuaca buruk, terowongan, dsb. Sinyal dari satelit-satelit GPS akan diterima dengan baik pada wilayah terbuka luas.
Pastikan kondisi anda dan kendaraan anda harus baik sebelum melakukan perjalanan. Jangan memaksakan melakukan perjalanan saat kondisi tubuh dan kondisi kendaraan tidak baik. Jangan mengendarai pada saat pengaruh obat-obatan, minuman keras, atau makanan/minuman yang mengandung zat-zat yang mengurangi konsentrasi saat berkendara.
Pada saat berkendara, selalu perhatikan jalan dan arah kendaraan, bukan memperhatikan alat navigasi GPS!!! Perhatikan dan patuhi juga rambu-rambu lalu lintas, marka jalan, dan petugas (polisi, DLLAJR) lalu lintas serta hal-hal yang dapat membantu kita melakukan navigasi dan membantu mengurangi risiko kecelakaan.
Jika menggunakan alat navigasi GPS saat berkendara, kurangi kecepatan. Jangan memacu kendaraan dengan kecepatan seperti pada jalan yang telah dikenal. Perhatikan juga kondisi lalu lintas saat itu.
Jika ada ketidaksesuaian antara alat navigasi GPS dengan kenyataan, atau anda merasa tersesat, jangan segan-segan untuk bertanya kepada penduduk sekitar. Jika tidak ada penduduk atau bantuan lain, pertimbangkan untuk kembali ke arah kita datang sampai menemukan bantuan, atau membatalkan perjalanan.
Selalu perhatikan kondisi cuaca saat merancang rute perjalanan dan saat berkendara. Jika cuaca mendadak berubah menjadi buruk, tingkatkan kewaspadaan tiga kali lipat. Jika cuaca menjadi ekstrim, pertimbangkan lagi untuk membatalkan perjalanan atau beristirahat di tempat yang aman dan nyaman menunggu sampai cuaca menjadi baik kembali.
Selalu perhatikan kondisi jalan yang akan dilalui dan pastikan jalan dapat dilalui oleh kendaraan anda. Karena alat navigasi GPS tidak menginformasikan kondisi jalan yang akan dilalui, apakah jalan itu bagus atau rusak, lebar atas sempit, aspal atau tanah, naik atau turun, sepi atau ramai, licin, banjir, longsor, retak, dsb. Misalnya, jika kita memperhatikan jalan dengan benar, dan separuh ban kendaraan kita sudah terendam air, pasti kita berpikir seribu kali untuk tetap meneruskan perjalanan bukan? Jika jalan yang akan dilalui tidak dapat dilewati (karena macet parah, banjir, longsor, dsb.), gunakan rute alternatif. Namun jika anda tidak memiliki rute alternatif, gunakan alat navigasi GPS dengan hati-hati dan perhatikan tips sebelumnya.
Dan yang paling tidak boleh lupa... berdoalah sebelum berangkat, dan dalam perjalanan, agar selamat sampai tujuan.
Salam gowes!
Membaca berita-berita mengenai kecelakan kendaraan yang menggunakan GPS sungguh sangat memprihatinkan. Berita terakhir, kecelakaan yang terjadi di Kanada, mobil masuk ke danau karena mengikuti GPS, membuat tergelitik untuk artikel ini untuk sedikit mengupas GPS dan cara aman menggunakan GPS saat berkendara.
Seperti artikel yang telah diposting yaitu Tips Memilih GPS untuk pesepeda, hal penting yang harus diluruskan adalah... yang disebut GPS ya pasti sistem penentu posisi yang menggunakan satelit-satelit GPS, titik. Jadi, kalau ada ponsel pintar atau gadget / gawai yang mengaku memiliki GPS, periksa dahulu, apakah benar GPS yang tertanam menggunakan satelit-satelit GPS. Lho, memang ada ya yang tidak menggunakan satelit-satelit??? Ada! disebut LBS (Location Based Service), yaitu layanan penentu lokasi milik operator GSM! LBS juga sistem penentu posisi ponsel atau gadget yang menggunakan SIM card dari operator GSM. Nah, kalau ada ponsel pintar atau gadget / gawai yang memiliki A-GPS (Assisted GPS) berarti ponsel atau gawai tersebut seharusnya menggunakan GPS dan LBS untuk menentukan posisinya. Ponsel atau gawai yang memiliki fitur A-GPS, jika tidak ada sinyal dari operator GSM, seharusnya GPS masih bisa digunakan, dengan menggunakan GPS, karena satelit-satelit GPS bekerja terus menerus tanpa henti selama 24 jam.
Satelit-satelit GPS hanya mengirimkan informasi berupa koordinat posisi ke GPS receiver yang terpasang di kendaraan atau pada gawai yang dipegang oleh seseorang. Jika ada alat yang bisa menunjukkan jalan, itu adalah alat navigasi yang memanfaatkan koordinat posisi yang dikirimkan dari satelit-satelit GPS. Jadi di dalam alat navigasi tersebut tertanam GPS receiver. Di dalam alat navigasi tersebut, juga tertanam data peta (sebut saja : peta). Pada saat pengguna menentukan tujuan, maka alat navigasi tersebut akan menentukan rute, jalan-jalan mana yang harus dilewati oleh pengguna, dengan cara menghitung koordinat posisi alat navigasi, koordinat-koordinat jalan pada peta, dan koordinat posisi tempat tujuan. Pada saat pengguna dan alat navigasi bergerak, maka secara berkala, alat navigasi tersebut akan selalu menghitung ulang dan memperbarui data koordinat posisinya, dan memperbarui tampilan di layar alat navigasi tersebut.
Hal utama yang harus diluruskan... alat navigasi GPS adalah alat bantu yang menyarankan rute yang harus dilalui. Harap dicatat, saya menggarisbawahi kalimat "alat bantu". Alat-alat bantu keselamatan, seperti halnya sabuk keselamatan (safety belt), helm, pelindung siku dan lutut, safety boots, dan lainnya, semua alat itu hanya mengurangi dampak yang merugikan pada saat terjadi kecelakaan, bukan menyelamatkan (itu yang disampaikan waktu saya mengikuti safety training). Terus yang menyelamatkan apa dong? yang menyelamatkan adalah : pola pikir, pengetahuan dan perilaku kita sendiri, titik. Jadi pada saat menggunakan alat navigasi GPS, manusialah yang berperan utama. Apakah percaya pernuh 100% kepada alat navigasi GPS, atau tetap menggunakan alat navigasi GPS dengan tetap memperhatikan faktor keselamatan. Sederhananya, kita tidak boleh tergantung dan percaya sepenuhnya terhadap alat navigasi GPS. Sebagai gambaran logika... jika mengendarai sepeda motor, sudah pakai helm, sarung tangan, sepatu safety, baju balap, alat safety secara lengkap, motor dalam kondisi prima, lalu apa kita boleh mengendarai motor sekencang-kencangnya??? Demikian juga dengan pemakaian alat navigasi GPS. Apa karena sudah menggunakan alat navigasi GPS lalu kita mengikuti rute yang disarankan sepenuhnya??? Jawabannya adalah, TIDAK!!!
Berita-berita kecelakaan yang terkait dengan alat navigasi GPS, cenderung menyudutkan dan menyalahkan alat tersebut. Ya sah-sah aja sih, orang itu alat punya dia, dibeli pakai uang dia... hehehe. Dalam hal keselamatan, penyebab kecelakaan itu ada dua, yaitu unsafe condition dan unsafe act. Jika ada dua aspek tersebut, pasti terjadi kecelakaan. Kalau hanya ada salah satu aspek, kemungkinan besar kecelakaan dapat terjadi. Saya ambil contoh dari berita mobil nyemplung danau di Kanada. Unsafe condition-nya : malam hari, hujan, kabut, pengendara tidak mengenali jalan di wilayah tersebut (menurut berita, kondisi lainnya tidak diketahui). Unsafe act-nya : pengendara tetap mengendarai kendaraannya dalam kondisi cuaca buruk, pengendara mengandalkan sepenuhnya alat navigasi GPS (menurut berita). Jadi si pengendara melakukan unsafe act dalam unsafe condition. Ingat lho... pada saat berkendara, mata kita harus selalu memperhatikan jalan ayng akan dilalui, marka-marka jalan, lampu-lampu jalan, bangunan-bangunan, dan hal-hal lain yang dapat membantu kita melakukan navigasi! Saya memang tidak tahu berapa kecepatan mobil yang nyemplung danau tersebut. Tapi kalau mobil itu nyemplung sampai 30 m dari tepi danau??? Perkiraan saya mobil dipacu dengan kecepatan di atas kecepatan aman. Nyetir malem-malem, sudah hujan, ada kabut pula, kalau yang waras sih paling kecepatannya pelan, paling tidak 5 sampai 10 km per jam. Bagaimana, sudah jelas dengan unsafe condition dan unsafe act? Kalau belum bisa dibaca ulang atau mencari sumber lainnya di internet. Sebagai tambahan, perhatikan foto-foto berikut ini. Disekiling danau adalah pemukiman, bukan kebon atau hutan. Seharusnya pengemudi dapat mengenali bayangan bangunan, lampu-lampu meski samar, dan kondisi jalan yang akan dilalui meski sulit dilihat.
Meski banyak berita yang menyudutkan alat navigasi GPS, namun GPS saat ini sudah menjadi alat utama untuk navigasi baik oleh militer, nelayan, pendaki gunung, ahli geologi, dsb. Karena jika menggunakan peta, untuk menentukan posisi kita di peta bukanlah suatu hal yang mudah dan butuh kemampuan khusus. Bagaimanapun juga, lebih baik menggunakan alat navigasi GPS saat berada di daerah tidak dikenal dari pada tidak menggunakannya sama sekali. Karena menggunakan alat navigasi GPS lebih mudah dari pada menggunakan peta. Agar terhindar dari hal-hal yang tidak diinginkan saat menggunakan alat navigasi GPS, berikut cara aman menggunakan GPS untuk navigasi saat berkendara dengan mobil, motor, sepeda.
Salam gowes!
Jumat, 29 April 2016
Jenis Sepeda Gunung (MTB) Berdasarkan Frame atau Rangka
Jenis sepeda gunung sebenarnya cukup banyak, namun kali ini akan memuat jenis sepeda gunung berdasarkan frame atau rangka sepeda. Umumnya jenis frame sepeda gunung ada 4 yaitu : rigid, soft tail, hard tail, dan full suspension. Berikut foto jenis-jenis sepeda gunung atau MTB berdasarkan frame atau rangkanya. Selain itu dapat juga mengunduh foto-foto tersebut dalam format pdf di akhir artikel.
Sepeda gunung rigid memiliki rangka sama seperti sepeda pada umumnya, tidak memiliki suspensi atau shockbreaker / shockabsorber.
Sepeda gunung hard tail hanya memiliki suspensi / shockbreaker pada garpu (fork) depan saja.
Sepeda gunung soft tail hanya memiliki suspensi / shockbreaker pada garpu (fork) depan dan suspensi pada bagian belakang. Namun suspensi belakang hanya berupa frame yang lentur atau fleksibel dan tidak memiliki sendi (pivot) pada frame. Dan gerak suspensi belakang pendek sekitar 1-4 inci.
Sepeda gunung full suspension memiliki suspensi di fork depan dan bagian belakang frame. Suspensi belakang menggunakan per atau udara seperti suspensi depan. Gerak suspensi belakang bisa sampai 8 inci
Salam gowes!
Sepeda gunung rigid memiliki rangka sama seperti sepeda pada umumnya, tidak memiliki suspensi atau shockbreaker / shockabsorber.
Sepeda gunung hard tail hanya memiliki suspensi / shockbreaker pada garpu (fork) depan saja.
Sepeda gunung soft tail hanya memiliki suspensi / shockbreaker pada garpu (fork) depan dan suspensi pada bagian belakang. Namun suspensi belakang hanya berupa frame yang lentur atau fleksibel dan tidak memiliki sendi (pivot) pada frame. Dan gerak suspensi belakang pendek sekitar 1-4 inci.
Sepeda gunung full suspension memiliki suspensi di fork depan dan bagian belakang frame. Suspensi belakang menggunakan per atau udara seperti suspensi depan. Gerak suspensi belakang bisa sampai 8 inci
[ Unduh : GowesEwes - Jenis Sepeda Gunung MTB.pdf ]
Salam gowes!
Trek Gowes MTB XC : Jalur Jatiasih
Jalur Jatiasih atau JJ merupakan salah satu trek gowes cross country (XC) para goweser yang menggunakan sepeda gunung alias MTB. Trek gowes Jalur Jatiasih ini sangat populer di kalangan goweser sekitar Jabodetabek. Karena memiliki medan yang lumayan menantang. Sebenarnya banyak artikel mengenai JJ yang dimuat di internet. Di sini saya hanya akan share daftar check point rute Jalur Jatiasih melalui Google Maps dengan view Satelit untuk mempermudah melihat rute. Check point adalah data koordinat lokasi yang dipilih.
Link Google Maps yang menampilkan daftar check point rute Jalur Jatiasih : Peta Jalur Jatiasih (JJ) untuk Gowes
Berikut ini adalah daftar check point rute gowes Jalur Jatiasih dalam format csv (Comma Separated Value) :
Nama Titik, Lintang, Bujur
Check Point 01, -6.334973, 106.959577
Check Point 02, -6.337426, 106.957689
Check Point 03, -6.340006, 106.955264
Check Point 04, -6.345863, 106.954664
Check Point 05, -6.346684, 106.953602
Check Point 06, -6.348145, 106.957496
Check Point 07, -6.344404, 106.961740
Check Point 08, -6.338570, 106.960264
Check Point 09, -6.337776, 106.958761
Check Point 10, -6.334973, 106.959577
Check Point 01 merupakan entry point di dekat perumahan Greenwood Residence. Check Point 10 atau terakhir kembali ke Check Point 01. Entry point bagi yang mengendarai mobil adalah dari Jl. Wibawa Mukti II melalui pintu keluar tol Jatiasih, atau bisa juga melalui Kompleks Vila Nusa Indah - Jl. Raya Bojong Kulur - Jl. Raya Ciangsana, Bekasi.
Semoga bermanfaat, stay healthy... Salam gowes!
Link Google Maps yang menampilkan daftar check point rute Jalur Jatiasih : Peta Jalur Jatiasih (JJ) untuk Gowes
Berikut ini adalah daftar check point rute gowes Jalur Jatiasih dalam format csv (Comma Separated Value) :
Nama Titik, Lintang, Bujur
Check Point 01, -6.334973, 106.959577
Check Point 02, -6.337426, 106.957689
Check Point 03, -6.340006, 106.955264
Check Point 04, -6.345863, 106.954664
Check Point 05, -6.346684, 106.953602
Check Point 06, -6.348145, 106.957496
Check Point 07, -6.344404, 106.961740
Check Point 08, -6.338570, 106.960264
Check Point 09, -6.337776, 106.958761
Check Point 10, -6.334973, 106.959577
Check Point 01 merupakan entry point di dekat perumahan Greenwood Residence. Check Point 10 atau terakhir kembali ke Check Point 01. Entry point bagi yang mengendarai mobil adalah dari Jl. Wibawa Mukti II melalui pintu keluar tol Jatiasih, atau bisa juga melalui Kompleks Vila Nusa Indah - Jl. Raya Bojong Kulur - Jl. Raya Ciangsana, Bekasi.
Semoga bermanfaat, stay healthy... Salam gowes!
Rabu, 27 April 2016
Pengalaman Navigasi Menggunakan Aplikasi GPS pada Ponsel Android
Sudah dari dulu aplikasi GPS pada ponsel Android sudah di install. Namun baru beberapa tahun kemudian aplikasi GPS tersebut baru digunakan untuk navigasi saat pergi ke luar kota, yang kemudian juga digunakan pada saat gowes. Berikut beberapa pengalaman navigasi menggunakan aplikasi GPS pada ponsel Android.
Pengalaman pertama, saya menggunakan aplikasi GPS bernama NDrive. Aplikasi NDrive ini merupakan salah satu aplikasi navigasi menggunakan GPS offline alias menggunakan satelit tanpa perlu koneksi internet. Tentu saja waktu install aplikasi ini tidak ada peta Indonesia. Peta Indonesia untuk NDrive diunduh secara terpisah. Waktu itu peta digunakan untuk navigasi dari Semarang ke Jogja menggunakan mobil. Gadget Android yang digunakan adalah tablet buatan Cina yang murah meriah. Meskin pernah beberapa kali melakukan perjalanan Semarang - Jogja - Solo - Semarang, namun waktu itu nggak pede sehingga butuh bantuan GPS untuk navigasi. Secara umum aplikasi ini lumayan baik untuk navigasi. Pada saat proses mengunci satelit (satellites locking) butuh waktu yang cukup lama, mungkin karena gadget-nya. Namun setelah mengunci dan masuk ke dalam mobil, penguncian tidak lepas. Fitur lain dari NDrive adalah voice guide. Voice guide ini membantu saya untuk navigasi, biar pun waktu itu menggunakan bahasa Inggris. Jika kita keluar dari jalur yang disarankan oleh NDrive, di tampilan akan muncul garis lurus putus-putus yang menunjukkan arah jalur yang disarankan, sehingga saya tahu posisi saya di mananya jalur yang disarankan. Secara umum pemakaian NDrive cukup mudah buat pemula.
Pengalaman berikutnya navigasi menggunakan aplikasi navigasi GPS bernama Navitel untuk ponsel Android. Rute yang dilalui adalah Jakarta - Semarang - Temanggung - Jogja - Madiun - Semarang - Jakarta. Gadget yang digunakan adalah ponsel pintar Android bukan tablet lagi. Saya ganti aplikasi dari NDrive ke Navitel, alasannya adalah "katanya peta Navitel lebih lengkap dari pada NDrive" Sebenarnya sih kalau kita melalui jalur-jalur atau jalan-jalan utama, antara NDrive dan Navitel, petanya sama saja, kecuali kalau kita mau blusukan atau cari jalan alternatif. Secara kesuluruhan menggunakan Navitel cukup mudah dan membantu. Namun adalah beberapa hal yang sangat disayangkan (menurut saya) yaitu kalau kita keluar dari jalur yang disarankan, tidak ada garis penunjuka posisi kita terhadap jalur yang disarankan. Dengan kata lain, kita kita tahu seberapa jauh dari jalur yang seharusnya. Oh iya, kenapa saya keluar dari jalur yang disarankan oleh aplikasi antara lain; mencoba melewati jalur alternatif untuk menghindari melewati jalan dalam kota yang nota bene lebih ramai dan butuh waktu yang lama. Selain itu, jalur dipindahkan karena ada perbaikan jalan atau ada acara sehingga jalan ditutup. Satu hal yang menurut saya mengganggu adalah, jika saya ingin menuju suatu alamat, saya harus memasukkan nama kabupaten, nama kecamatan, nama kelurahan, padahal saya tidak tahu nama-nama itu, tahunya cuma nama jalan. Hasl tersebut tidak ditemukan waktu menggunakan NDrive. Di daerah Sangiran (kalau tidak salah), Navitel menyarankan melewati suatu jalan, namun jalan itu tidak ada! namun berupa kebun tebu! Hal lain yang jarang saya alami waktu menggunakan NDrive adalah pada Navitel sering melakukan rerouting. Re-routing adalah proses kalkulasi ulang GPS untuk menentukan rute atau jalur baru yang akan dilalui oleh kita. Re-reouting dapat terjadi karena; penguncian satelit lepas karena tidak ada sinyal satelit; atau kita tidak melewati jalur atau rute yang disarankan oleh aplikasi GPS.
Pengalaman lain masih mengggunakan aplikasi navigasi GPS Navitel adalah rute Jakarta - Bandung. Waktu itu saya menggunakan Navitel karena saya tidak paham jalanan di kota Bandung. Dengan berbekal alamat tujuan, saya pasrahkan navigasi sepenuhnya kepada Navitel. Alhamdulillah, waktu berangkat tidak ada masalah, sampai di tempat tujuan dengan lancar. Nah, waktu pulangnya nih... saya tidak melalui rute yang sama waktu berangkat karena teman-teman ingin cari oleh-oleh dahulu. Oke lah, aplikasi GPS Navitel diset ke suatu jalan yang katanya banyak oleh-oleh yang dicari. Menuju sasaran sih nggak masalah, yang bikin sebel ternyata oleh-oleh yang dicari nggak dapet! huff... Akhirnya dengan tangan hampa, sudah larut malam dan lelah, pulang ke Jakarta, dan Navitel diset untuk menunjukkan jalan pulang ke Jakarta. Setelah beberapa saat melalui rute yang disarankan oleh navitel, tiba-tiba di depan ada rambu verboden! padahal jalan itu yang disarankan oleh Navitel!! Dengan santai saya belokkan mobil ke arah lain dan Navitel melakukan re-routing. Mengikuti rute hasil re-routing, sekonyong-konyong saya berada di tengah-tengah kompleks perumahan yang sepi dan tiba-tiba jalanan menyempit. Mobil saya hentikan dan saya ragu. Teman-teman yang mengandalkan saya, akhirnya menyarankan untuk putar balik. Saya pun mengikuti saran teman-teman. Setelah putar balik dan jauh dari wilayah tadi, kembali menggunakan GPS setalah re-routing). Lumayan ada waktu yang terbuang.
Pengalaman berikutnya, masih rute Jakarta - Bandung. Berdasarkan pengalaman ke Bandung sebelumnya menggunakan Navitel, akhirnya saya putuskan menggunakan Google Maps untuk navigasi. Google Maps memiliki fitur navigasi yang oleh Google Maps disebut "Petunjuk Arah". Google Maps sempat saya gunakan untuk navigasi waktu di Bandung, dari penginapan ke tempat acara. Kali ini Jakarta - Bandung (Hotel Trans) menggunakan Google Maps. Google Maps menurut saya jika digunakan untuk navigasi, akan menggunakan dua sistem, yaitu GPS offline (satelit) dan GPS online (operator seluler [internet]). Yang saya suka adalah penguncian satelit lebih cepat dari pada NDrive maupun Navitel, karena dibantu oleh operator seluler (posisi kita ditentukan dari hasil triangulasi BTS-BTS milik operator seluler. Baca : nyedot pulsa). Untung saya pakai paket internet, sehingga pulsa tidak banyak tersedot! Menggunakan Google Maps untuk navigasi lebih mudah dan nyaman dari pada NDrive maupun Navitel. Selain petanya lebih lengkap, Google Maps juga menampilkan kondisi lalu lintas, lancar, ramai, atau macet. Jika lalu lintas lancar maka tidak ada perubahan warna jalan (putih), jika ramai, maka ruas jalan yang ramai akan berwarna kuning, jika macet akan berwarna merah. Ternyata fitur ini dari dapat dari para pengguna aplikasi Waze (Google telah membeli Waze. Waze adalah aplikasi navigasi juga berbasis komunitas, di mana para penggunanya dapat meng-update "status" saat berkendara). Salah satu proses default dari Google Maps adalah, Google Maps akan memilih rute yang tersingkat / terpendek dan tercepat (tidak macet). Hal ini menyenangkan tapi juga dapat membuat galau. Bagaimana tidak, waktu itu Google Maps menyarankan melalui suatu jalan, yang lebarnya pas satu mobil, dan padat penduduk, OMG! Saya tidak berani lewat, saya putuskan melalui jalan lain, biarkan Google Maps re-routing! Proses re-routing Google Maps terbilang lama dibandingkan Navitel. Mungkin karena pakai saluran internet untuk melakukan re-routing (peta yang ada di Google Map online lho...! sedangkan peta yang ada di NDrive dan Navitel ada di dalam gadget atau ponsel kita sendiri) Hal ini membuat saya harus melambatkan kendaraan sambil menunggu re-routing Google Maps selesai. Keliling Bandung menggunakan Google Maps hampir tidak ada masalah selama kita mengikuti rute yang disarankan hehehe
Sekian
Pengalaman pertama, saya menggunakan aplikasi GPS bernama NDrive. Aplikasi NDrive ini merupakan salah satu aplikasi navigasi menggunakan GPS offline alias menggunakan satelit tanpa perlu koneksi internet. Tentu saja waktu install aplikasi ini tidak ada peta Indonesia. Peta Indonesia untuk NDrive diunduh secara terpisah. Waktu itu peta digunakan untuk navigasi dari Semarang ke Jogja menggunakan mobil. Gadget Android yang digunakan adalah tablet buatan Cina yang murah meriah. Meskin pernah beberapa kali melakukan perjalanan Semarang - Jogja - Solo - Semarang, namun waktu itu nggak pede sehingga butuh bantuan GPS untuk navigasi. Secara umum aplikasi ini lumayan baik untuk navigasi. Pada saat proses mengunci satelit (satellites locking) butuh waktu yang cukup lama, mungkin karena gadget-nya. Namun setelah mengunci dan masuk ke dalam mobil, penguncian tidak lepas. Fitur lain dari NDrive adalah voice guide. Voice guide ini membantu saya untuk navigasi, biar pun waktu itu menggunakan bahasa Inggris. Jika kita keluar dari jalur yang disarankan oleh NDrive, di tampilan akan muncul garis lurus putus-putus yang menunjukkan arah jalur yang disarankan, sehingga saya tahu posisi saya di mananya jalur yang disarankan. Secara umum pemakaian NDrive cukup mudah buat pemula.
Tampilan NDrive
Pengalaman berikutnya navigasi menggunakan aplikasi navigasi GPS bernama Navitel untuk ponsel Android. Rute yang dilalui adalah Jakarta - Semarang - Temanggung - Jogja - Madiun - Semarang - Jakarta. Gadget yang digunakan adalah ponsel pintar Android bukan tablet lagi. Saya ganti aplikasi dari NDrive ke Navitel, alasannya adalah "katanya peta Navitel lebih lengkap dari pada NDrive" Sebenarnya sih kalau kita melalui jalur-jalur atau jalan-jalan utama, antara NDrive dan Navitel, petanya sama saja, kecuali kalau kita mau blusukan atau cari jalan alternatif. Secara kesuluruhan menggunakan Navitel cukup mudah dan membantu. Namun adalah beberapa hal yang sangat disayangkan (menurut saya) yaitu kalau kita keluar dari jalur yang disarankan, tidak ada garis penunjuka posisi kita terhadap jalur yang disarankan. Dengan kata lain, kita kita tahu seberapa jauh dari jalur yang seharusnya. Oh iya, kenapa saya keluar dari jalur yang disarankan oleh aplikasi antara lain; mencoba melewati jalur alternatif untuk menghindari melewati jalan dalam kota yang nota bene lebih ramai dan butuh waktu yang lama. Selain itu, jalur dipindahkan karena ada perbaikan jalan atau ada acara sehingga jalan ditutup. Satu hal yang menurut saya mengganggu adalah, jika saya ingin menuju suatu alamat, saya harus memasukkan nama kabupaten, nama kecamatan, nama kelurahan, padahal saya tidak tahu nama-nama itu, tahunya cuma nama jalan. Hasl tersebut tidak ditemukan waktu menggunakan NDrive. Di daerah Sangiran (kalau tidak salah), Navitel menyarankan melewati suatu jalan, namun jalan itu tidak ada! namun berupa kebun tebu! Hal lain yang jarang saya alami waktu menggunakan NDrive adalah pada Navitel sering melakukan rerouting. Re-routing adalah proses kalkulasi ulang GPS untuk menentukan rute atau jalur baru yang akan dilalui oleh kita. Re-reouting dapat terjadi karena; penguncian satelit lepas karena tidak ada sinyal satelit; atau kita tidak melewati jalur atau rute yang disarankan oleh aplikasi GPS.
Tampilan Navitel
Pengalaman lain masih mengggunakan aplikasi navigasi GPS Navitel adalah rute Jakarta - Bandung. Waktu itu saya menggunakan Navitel karena saya tidak paham jalanan di kota Bandung. Dengan berbekal alamat tujuan, saya pasrahkan navigasi sepenuhnya kepada Navitel. Alhamdulillah, waktu berangkat tidak ada masalah, sampai di tempat tujuan dengan lancar. Nah, waktu pulangnya nih... saya tidak melalui rute yang sama waktu berangkat karena teman-teman ingin cari oleh-oleh dahulu. Oke lah, aplikasi GPS Navitel diset ke suatu jalan yang katanya banyak oleh-oleh yang dicari. Menuju sasaran sih nggak masalah, yang bikin sebel ternyata oleh-oleh yang dicari nggak dapet! huff... Akhirnya dengan tangan hampa, sudah larut malam dan lelah, pulang ke Jakarta, dan Navitel diset untuk menunjukkan jalan pulang ke Jakarta. Setelah beberapa saat melalui rute yang disarankan oleh navitel, tiba-tiba di depan ada rambu verboden! padahal jalan itu yang disarankan oleh Navitel!! Dengan santai saya belokkan mobil ke arah lain dan Navitel melakukan re-routing. Mengikuti rute hasil re-routing, sekonyong-konyong saya berada di tengah-tengah kompleks perumahan yang sepi dan tiba-tiba jalanan menyempit. Mobil saya hentikan dan saya ragu. Teman-teman yang mengandalkan saya, akhirnya menyarankan untuk putar balik. Saya pun mengikuti saran teman-teman. Setelah putar balik dan jauh dari wilayah tadi, kembali menggunakan GPS setalah re-routing). Lumayan ada waktu yang terbuang.
Pengalaman berikutnya, masih rute Jakarta - Bandung. Berdasarkan pengalaman ke Bandung sebelumnya menggunakan Navitel, akhirnya saya putuskan menggunakan Google Maps untuk navigasi. Google Maps memiliki fitur navigasi yang oleh Google Maps disebut "Petunjuk Arah". Google Maps sempat saya gunakan untuk navigasi waktu di Bandung, dari penginapan ke tempat acara. Kali ini Jakarta - Bandung (Hotel Trans) menggunakan Google Maps. Google Maps menurut saya jika digunakan untuk navigasi, akan menggunakan dua sistem, yaitu GPS offline (satelit) dan GPS online (operator seluler [internet]). Yang saya suka adalah penguncian satelit lebih cepat dari pada NDrive maupun Navitel, karena dibantu oleh operator seluler (posisi kita ditentukan dari hasil triangulasi BTS-BTS milik operator seluler. Baca : nyedot pulsa). Untung saya pakai paket internet, sehingga pulsa tidak banyak tersedot! Menggunakan Google Maps untuk navigasi lebih mudah dan nyaman dari pada NDrive maupun Navitel. Selain petanya lebih lengkap, Google Maps juga menampilkan kondisi lalu lintas, lancar, ramai, atau macet. Jika lalu lintas lancar maka tidak ada perubahan warna jalan (putih), jika ramai, maka ruas jalan yang ramai akan berwarna kuning, jika macet akan berwarna merah. Ternyata fitur ini dari dapat dari para pengguna aplikasi Waze (Google telah membeli Waze. Waze adalah aplikasi navigasi juga berbasis komunitas, di mana para penggunanya dapat meng-update "status" saat berkendara). Salah satu proses default dari Google Maps adalah, Google Maps akan memilih rute yang tersingkat / terpendek dan tercepat (tidak macet). Hal ini menyenangkan tapi juga dapat membuat galau. Bagaimana tidak, waktu itu Google Maps menyarankan melalui suatu jalan, yang lebarnya pas satu mobil, dan padat penduduk, OMG! Saya tidak berani lewat, saya putuskan melalui jalan lain, biarkan Google Maps re-routing! Proses re-routing Google Maps terbilang lama dibandingkan Navitel. Mungkin karena pakai saluran internet untuk melakukan re-routing (peta yang ada di Google Map online lho...! sedangkan peta yang ada di NDrive dan Navitel ada di dalam gadget atau ponsel kita sendiri) Hal ini membuat saya harus melambatkan kendaraan sambil menunggu re-routing Google Maps selesai. Keliling Bandung menggunakan Google Maps hampir tidak ada masalah selama kita mengikuti rute yang disarankan hehehe
Sekian
Jumat, 22 April 2016
Olah Raga Jalan Kaki, Lari dan Bersepeda Menggunakan Runkeeper
Kalau dipikir-pikir sih sebenarnya saya nggak begitu suka olah raga outdoor alias di luar rumah. Tapi kok ya melakukannya ya? Padahal saya termasuk kategori orang rumahan alias jarang ke luar rumah. Hmm, mungkin karena hobby nglayap kali ya jadi cocok kalau olah raga outdoor. Atau mungkin karena hobby ngutak atik gadget jadi penguat untuk melakukan olah raga. Atau mungkin juga kurang kerjaan. :D Sebenarnya olah raga lagi karena belahan jiwa *cieee* menderita sakit
yang mengharuskannya berolah raga untuk mencegah sakit lebih parah.
Sejak mulai kembali berolah raga, dan kebetulan punya ponsel atawa telepon genggan alias hand phone aka HP, saya cari-cari program komputer aplikasi untuk mencatat aktivitas olah raga di Google Play. Akhirnya pilihan jatuh ke Runkeeper. Pertimbangannya, mmm... *rada lupa* kalau nggak salah, simple, ringan (nggak banyak makan memori ponsel dan prosesornya), bisa untuk mencatat aktivitas jalan kaki, menggunakan GPS satelit dan nilai review dari para penggunanya termasuk tinggi. Sebenarnya ada aplikasi-aplikasi lain yang populer. Tapi ya namanya sudah milih ya sudah itu aja :)Oh iya sebenarnya ada sedikit yang agak kurang suka di aplikasi ini yaitu kudu online berarti kudu punya pulsa. Update : Runkeeper ternyata masih dapat digunakan secara offline (tidak perlu koneksi internet). Selama ponselnya memiliki GPS offline, data akan tetap terimpan di dalam ponsel, dan setelah terhubung lagi ke internet, secara otomatis akan melakukan sinkronisasi.
Runkeeper ini termasuk kategori aplikasi GPS tracker. Aplikasi GPS tracker adalah aplikasi yang mencatat dan menyimpan koordinat-koordinat posisi kita saat kita jalan, lari, maupun bersepeda. Dari data koordinat tersebut, Runkeeper menghitung, jarak tempuh, waktu tempuh, kecepatan, dan kalori terbakar. Jika kita menggunakan yang versi berbayar, kita dapat menggunakan fitur planning atau perencaan olah raga, baik itu perencanaan untuk sehat atau fit, penurunan berat badan, maupun kompetisi. Buat saya data yang utama adalah berapa jauh saya jalan / lari / bersepeda, lalu saya bandingkan dengan kondisi tubuh setelah berolah raga, tujuannya adalah jangan sampai tubuh yang sudah uzur ini, diforsir atau over training.
Jika kita selesai menginstall Runkeeper maka kita akan diminta membuat akun. Pembuatan akun membutuhkan alamat e-mail. Selain itu pembuatan akun dapat juga melalui media sosial seperti Facebook, dll. jika kita sudah punya salah satu akun media sosial tersebut. Lalu kita akan disajikan ucapan selamat datang dsb. Setelah melalui itu, baru kita dapat menggunakan aplikasi Runkeeper. Berikut tampilan saat memulai aktivitas.
Setelah menyentuh tombol hijau di bagian paling bawah layar, maka tampilan akan berubah seperti berikut ini.
Salah satu fitur yang saya sukai dari Runkeeper adalah ada notifikasi atau pemberitahuan berupa suara atau audio. Pemberitahuannya adalah jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan dalam interval tertentu (kalau tidak salah setiap 5 menit sekali). Grafik batang pada tampilan saat beraktivitas adalah kecepatan. Saat kita berhenti sejenak, kita bisa menekan tombol Pause dan melanjutkannya lagi nanti. Jika olah raga sudah selesai, kita tinggal tekan tombol Stop. Setelah itu kita bisa Save atau simpan. Sebaiknya disimpan untuk statistik kegiatan kita.
Sebenarnya fitur di Runkeeper lumayan banyak, seperti bisa mendengarkan musik sambil berolah raga, sharing ke teman-teman, dsb. namun saya tidak pernah mencoba menggunakannya. Fitur yang sudah pasti saya gunakan adalah, Kita dapat mengakses data olah raga kita melalui situs web resmi Runkeeper, yaitu www.runkeeper.com. Di situs tersebut kita disajikan dengan data dan statistik semua kegiatan yang kita simpan. Ingat, data yang disimpan. Berikut tampilan-tampilannya.
Semoga bermanfaat, salam gowes!
Sejak mulai kembali berolah raga, dan kebetulan punya ponsel atawa telepon genggan alias hand phone aka HP, saya cari-cari program komputer aplikasi untuk mencatat aktivitas olah raga di Google Play. Akhirnya pilihan jatuh ke Runkeeper. Pertimbangannya, mmm... *rada lupa* kalau nggak salah, simple, ringan (nggak banyak makan memori ponsel dan prosesornya), bisa untuk mencatat aktivitas jalan kaki, menggunakan GPS satelit dan nilai review dari para penggunanya termasuk tinggi. Sebenarnya ada aplikasi-aplikasi lain yang populer. Tapi ya namanya sudah milih ya sudah itu aja :)
Runkeeper ini termasuk kategori aplikasi GPS tracker. Aplikasi GPS tracker adalah aplikasi yang mencatat dan menyimpan koordinat-koordinat posisi kita saat kita jalan, lari, maupun bersepeda. Dari data koordinat tersebut, Runkeeper menghitung, jarak tempuh, waktu tempuh, kecepatan, dan kalori terbakar. Jika kita menggunakan yang versi berbayar, kita dapat menggunakan fitur planning atau perencaan olah raga, baik itu perencanaan untuk sehat atau fit, penurunan berat badan, maupun kompetisi. Buat saya data yang utama adalah berapa jauh saya jalan / lari / bersepeda, lalu saya bandingkan dengan kondisi tubuh setelah berolah raga, tujuannya adalah jangan sampai tubuh yang sudah uzur ini, diforsir atau over training.
Jika kita selesai menginstall Runkeeper maka kita akan diminta membuat akun. Pembuatan akun membutuhkan alamat e-mail. Selain itu pembuatan akun dapat juga melalui media sosial seperti Facebook, dll. jika kita sudah punya salah satu akun media sosial tersebut. Lalu kita akan disajikan ucapan selamat datang dsb. Setelah melalui itu, baru kita dapat menggunakan aplikasi Runkeeper. Berikut tampilan saat memulai aktivitas.
Tampilan saat akan mulai aktivitas
Setelah menyentuh tombol hijau di bagian paling bawah layar, maka tampilan akan berubah seperti berikut ini.
Tampilan saat beraktivitas
Salah satu fitur yang saya sukai dari Runkeeper adalah ada notifikasi atau pemberitahuan berupa suara atau audio. Pemberitahuannya adalah jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan dalam interval tertentu (kalau tidak salah setiap 5 menit sekali). Grafik batang pada tampilan saat beraktivitas adalah kecepatan. Saat kita berhenti sejenak, kita bisa menekan tombol Pause dan melanjutkannya lagi nanti. Jika olah raga sudah selesai, kita tinggal tekan tombol Stop. Setelah itu kita bisa Save atau simpan. Sebaiknya disimpan untuk statistik kegiatan kita.
Sebenarnya fitur di Runkeeper lumayan banyak, seperti bisa mendengarkan musik sambil berolah raga, sharing ke teman-teman, dsb. namun saya tidak pernah mencoba menggunakannya. Fitur yang sudah pasti saya gunakan adalah, Kita dapat mengakses data olah raga kita melalui situs web resmi Runkeeper, yaitu www.runkeeper.com. Di situs tersebut kita disajikan dengan data dan statistik semua kegiatan yang kita simpan. Ingat, data yang disimpan. Berikut tampilan-tampilannya.
Tampilan Feed pada Situs
Tampilan Me pada Situs
Semoga bermanfaat, salam gowes!
Olah Raga Jalan Kaki, Lari dan Bersepeda Menggunakan Runkeeper
Kalau dipikir-pikir sih sebenarnya saya nggak begitu suka olah raga outdoor alias di luar rumah. Tapi kok ya melakukannya ya? Padahal saya termasuk kategori orang rumahan alias jarang ke luar rumah. Hmm, mungkin karena hobby nglayap kali ya jadi cocok kalau olah raga outdoor. Atau mungkin karena hobby ngutak atik gadget jadi penguat untuk melakukan olah raga. Atau mungkin juga kurang kerjaan. :D Sebenarnya olah raga lagi karena belahan jiwa *cieee* menderita sakit
yang mengharuskannya berolah raga untuk mencegah sakit lebih parah.
Sejak mulai kembali berolah raga, dan kebetulan punya ponsel atawa telepon genggan alias hand phone aka HP, saya cari-cari program komputer aplikasi untuk mencatat aktivitas olah raga di Google Play. Akhirnya pilihan jatuh ke Runkeeper. Pertimbangannya, mmm... *rada lupa* kalau nggak salah, simple, ringan (nggak banyak makan memori ponsel dan prosesornya), bisa untuk mencatat aktivitas jalan kaki, menggunakan GPS satelit dan nilai review dari para penggunanya termasuk tinggi. Sebenarnya ada aplikasi-aplikasi lain yang populer. Tapi ya namanya sudah milih ya sudah itu aja :)Oh iya sebenarnya ada sedikit yang agak kurang suka di aplikasi ini yaitu kudu online berarti kudu punya pulsa. Update : Runkeeper ternyata masih dapat digunakan secara offline (tidak perlu koneksi internet). Selama ponselnya memiliki GPS offline, data akan tetap terimpan di dalam ponsel, dan setelah terhubung lagi ke internet, secara otomatis akan melakukan sinkronisasi.
Runkeeper ini termasuk kategori aplikasi GPS tracker. Aplikasi GPS tracker adalah aplikasi yang mencatat dan menyimpan koordinat-koordinat posisi kita saat kita jalan, lari, maupun bersepeda. Dari data koordinat tersebut, Runkeeper menghitung, jarak tempuh, waktu tempuh, kecepatan, dan kalori terbakar. Jika kita menggunakan yang versi berbayar, kita dapat menggunakan fitur planning atau perencaan olah raga, baik itu perencanaan untuk sehat atau fit, penurunan berat badan, maupun kompetisi. Buat saya data yang utama adalah berapa jauh saya jalan / lari / bersepeda, lalu saya bandingkan dengan kondisi tubuh setelah berolah raga, tujuannya adalah jangan sampai tubuh yang sudah uzur ini, diforsir atau over training.
Jika kita selesai menginstall Runkeeper maka kita akan diminta membuat akun. Pembuatan akun membutuhkan alamat e-mail. Selain itu pembuatan akun dapat juga melalui media sosial seperti Facebook, dll. jika kita sudah punya salah satu akun media sosial tersebut. Lalu kita akan disajikan ucapan selamat datang dsb. Setelah melalui itu, baru kita dapat menggunakan aplikasi Runkeeper. Berikut tampilan saat memulai aktivitas.
Setelah menyentuh tombol hijau di bagian paling bawah layar, maka tampilan akan berubah seperti berikut ini.
Salah satu fitur yang saya sukai dari Runkeeper adalah ada notifikasi atau pemberitahuan berupa suara atau audio. Pemberitahuannya adalah jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan dalam interval tertentu (kalau tidak salah setiap 5 menit sekali). Grafik batang pada tampilan saat beraktivitas adalah kecepatan. Saat kita berhenti sejenak, kita bisa menekan tombol Pause dan melanjutkannya lagi nanti. Jika olah raga sudah selesai, kita tinggal tekan tombol Stop. Setelah itu kita bisa Save atau simpan. Sebaiknya disimpan untuk statistik kegiatan kita.
Sebenarnya fitur di Runkeeper lumayan banyak, seperti bisa mendengarkan musik sambil berolah raga, sharing ke teman-teman, dsb. namun saya tidak pernah mencoba menggunakannya. Fitur yang sudah pasti saya gunakan adalah, Kita dapat mengakses data olah raga kita melalui situs web resmi Runkeeper, yaitu www.runkeeper.com. Di situs tersebut kita disajikan dengan data dan statistik semua kegiatan yang kita simpan. Ingat, data yang disimpan. Berikut tampilan-tampilannya.
Semoga bermanfaat, salam gowes!
Sejak mulai kembali berolah raga, dan kebetulan punya ponsel atawa telepon genggan alias hand phone aka HP, saya cari-cari program komputer aplikasi untuk mencatat aktivitas olah raga di Google Play. Akhirnya pilihan jatuh ke Runkeeper. Pertimbangannya, mmm... *rada lupa* kalau nggak salah, simple, ringan (nggak banyak makan memori ponsel dan prosesornya), bisa untuk mencatat aktivitas jalan kaki, menggunakan GPS satelit dan nilai review dari para penggunanya termasuk tinggi. Sebenarnya ada aplikasi-aplikasi lain yang populer. Tapi ya namanya sudah milih ya sudah itu aja :)
Runkeeper ini termasuk kategori aplikasi GPS tracker. Aplikasi GPS tracker adalah aplikasi yang mencatat dan menyimpan koordinat-koordinat posisi kita saat kita jalan, lari, maupun bersepeda. Dari data koordinat tersebut, Runkeeper menghitung, jarak tempuh, waktu tempuh, kecepatan, dan kalori terbakar. Jika kita menggunakan yang versi berbayar, kita dapat menggunakan fitur planning atau perencaan olah raga, baik itu perencanaan untuk sehat atau fit, penurunan berat badan, maupun kompetisi. Buat saya data yang utama adalah berapa jauh saya jalan / lari / bersepeda, lalu saya bandingkan dengan kondisi tubuh setelah berolah raga, tujuannya adalah jangan sampai tubuh yang sudah uzur ini, diforsir atau over training.
Jika kita selesai menginstall Runkeeper maka kita akan diminta membuat akun. Pembuatan akun membutuhkan alamat e-mail. Selain itu pembuatan akun dapat juga melalui media sosial seperti Facebook, dll. jika kita sudah punya salah satu akun media sosial tersebut. Lalu kita akan disajikan ucapan selamat datang dsb. Setelah melalui itu, baru kita dapat menggunakan aplikasi Runkeeper. Berikut tampilan saat memulai aktivitas.
Tampilan saat akan mulai aktivitas
Setelah menyentuh tombol hijau di bagian paling bawah layar, maka tampilan akan berubah seperti berikut ini.
Tampilan saat beraktivitas
Salah satu fitur yang saya sukai dari Runkeeper adalah ada notifikasi atau pemberitahuan berupa suara atau audio. Pemberitahuannya adalah jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan dalam interval tertentu (kalau tidak salah setiap 5 menit sekali). Grafik batang pada tampilan saat beraktivitas adalah kecepatan. Saat kita berhenti sejenak, kita bisa menekan tombol Pause dan melanjutkannya lagi nanti. Jika olah raga sudah selesai, kita tinggal tekan tombol Stop. Setelah itu kita bisa Save atau simpan. Sebaiknya disimpan untuk statistik kegiatan kita.
Sebenarnya fitur di Runkeeper lumayan banyak, seperti bisa mendengarkan musik sambil berolah raga, sharing ke teman-teman, dsb. namun saya tidak pernah mencoba menggunakannya. Fitur yang sudah pasti saya gunakan adalah, Kita dapat mengakses data olah raga kita melalui situs web resmi Runkeeper, yaitu www.runkeeper.com. Di situs tersebut kita disajikan dengan data dan statistik semua kegiatan yang kita simpan. Ingat, data yang disimpan. Berikut tampilan-tampilannya.
Tampilan Feed pada Situs
Tampilan Me pada Situs
Semoga bermanfaat, salam gowes!
Olah Raga Jalan Kaki, Lari dan Bersepeda Menggunakan Runkeeper
Kalau dipikir-pikir sih sebenarnya saya nggak begitu suka olah raga outdoor alias di luar rumah. Tapi kok ya melakukannya ya? Padahal saya termasuk kategori orang rumahan alias jarang ke luar rumah. Hmm, mungkin karena hobby nglayap kali ya jadi cocok kalau olah raga outdoor. Atau mungkin karena hobby ngutak atik gadget jadi penguat untuk melakukan olah raga. Atau mungkin juga kurang kerjaan. :D Sebenarnya olah raga lagi karena belahan jiwa *cieee* menderita sakit
yang mengharuskannya berolah raga untuk mencegah sakit lebih parah.
Sejak mulai kembali berolah raga, dan kebetulan punya ponsel atawa telepon genggan alias hand phone aka HP, saya cari-cari program komputer aplikasi untuk mencatat aktivitas olah raga di Google Play. Akhirnya pilihan jatuh ke Runkeeper. Pertimbangannya, mmm... *rada lupa* kalau nggak salah, simple, ringan (nggak banyak makan memori ponsel dan prosesornya), bisa untuk mencatat aktivitas jalan kaki, menggunakan GPS satelit dan nilai review dari para penggunanya termasuk tinggi. Sebenarnya ada aplikasi-aplikasi lain yang populer. Tapi ya namanya sudah milih ya sudah itu aja :)Oh iya sebenarnya ada sedikit yang agak kurang suka di aplikasi ini yaitu kudu online berarti kudu punya pulsa. Update : Runkeeper ternyata masih dapat digunakan secara offline (tidak perlu koneksi internet). Selama ponselnya memiliki GPS offline, data akan tetap terimpan di dalam ponsel, dan setelah terhubung lagi ke internet, secara otomatis akan melakukan sinkronisasi.
Runkeeper ini termasuk kategori aplikasi GPS tracker. Aplikasi GPS tracker adalah aplikasi yang mencatat dan menyimpan koordinat-koordinat posisi kita saat kita jalan, lari, maupun bersepeda. Dari data koordinat tersebut, Runkeeper menghitung, jarak tempuh, waktu tempuh, kecepatan, dan kalori terbakar. Jika kita menggunakan yang versi berbayar, kita dapat menggunakan fitur planning atau perencaan olah raga, baik itu perencanaan untuk sehat atau fit, penurunan berat badan, maupun kompetisi. Buat saya data yang utama adalah berapa jauh saya jalan / lari / bersepeda, lalu saya bandingkan dengan kondisi tubuh setelah berolah raga, tujuannya adalah jangan sampai tubuh yang sudah uzur ini, diforsir atau over training.
Jika kita selesai menginstall Runkeeper maka kita akan diminta membuat akun. Pembuatan akun membutuhkan alamat e-mail. Selain itu pembuatan akun dapat juga melalui media sosial seperti Facebook, dll. jika kita sudah punya salah satu akun media sosial tersebut. Lalu kita akan disajikan ucapan selamat datang dsb. Setelah melalui itu, baru kita dapat menggunakan aplikasi Runkeeper. Berikut tampilan saat memulai aktivitas.
Setelah menyentuh tombol hijau di bagian paling bawah layar, maka tampilan akan berubah seperti berikut ini.
Salah satu fitur yang saya sukai dari Runkeeper adalah ada notifikasi atau pemberitahuan berupa suara atau audio. Pemberitahuannya adalah jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan dalam interval tertentu (kalau tidak salah setiap 5 menit sekali). Grafik batang pada tampilan saat beraktivitas adalah kecepatan. Saat kita berhenti sejenak, kita bisa menekan tombol Pause dan melanjutkannya lagi nanti. Jika olah raga sudah selesai, kita tinggal tekan tombol Stop. Setelah itu kita bisa Save atau simpan. Sebaiknya disimpan untuk statistik kegiatan kita.
Sebenarnya fitur di Runkeeper lumayan banyak, seperti bisa mendengarkan musik sambil berolah raga, sharing ke teman-teman, dsb. namun saya tidak pernah mencoba menggunakannya. Fitur yang sudah pasti saya gunakan adalah, Kita dapat mengakses data olah raga kita melalui situs web resmi Runkeeper, yaitu www.runkeeper.com. Di situs tersebut kita disajikan dengan data dan statistik semua kegiatan yang kita simpan. Ingat, data yang disimpan. Berikut tampilan-tampilannya.
Semoga bermanfaat, salam gowes!
Sejak mulai kembali berolah raga, dan kebetulan punya ponsel atawa telepon genggan alias hand phone aka HP, saya cari-cari program komputer aplikasi untuk mencatat aktivitas olah raga di Google Play. Akhirnya pilihan jatuh ke Runkeeper. Pertimbangannya, mmm... *rada lupa* kalau nggak salah, simple, ringan (nggak banyak makan memori ponsel dan prosesornya), bisa untuk mencatat aktivitas jalan kaki, menggunakan GPS satelit dan nilai review dari para penggunanya termasuk tinggi. Sebenarnya ada aplikasi-aplikasi lain yang populer. Tapi ya namanya sudah milih ya sudah itu aja :)
Runkeeper ini termasuk kategori aplikasi GPS tracker. Aplikasi GPS tracker adalah aplikasi yang mencatat dan menyimpan koordinat-koordinat posisi kita saat kita jalan, lari, maupun bersepeda. Dari data koordinat tersebut, Runkeeper menghitung, jarak tempuh, waktu tempuh, kecepatan, dan kalori terbakar. Jika kita menggunakan yang versi berbayar, kita dapat menggunakan fitur planning atau perencaan olah raga, baik itu perencanaan untuk sehat atau fit, penurunan berat badan, maupun kompetisi. Buat saya data yang utama adalah berapa jauh saya jalan / lari / bersepeda, lalu saya bandingkan dengan kondisi tubuh setelah berolah raga, tujuannya adalah jangan sampai tubuh yang sudah uzur ini, diforsir atau over training.
Jika kita selesai menginstall Runkeeper maka kita akan diminta membuat akun. Pembuatan akun membutuhkan alamat e-mail. Selain itu pembuatan akun dapat juga melalui media sosial seperti Facebook, dll. jika kita sudah punya salah satu akun media sosial tersebut. Lalu kita akan disajikan ucapan selamat datang dsb. Setelah melalui itu, baru kita dapat menggunakan aplikasi Runkeeper. Berikut tampilan saat memulai aktivitas.
Tampilan saat akan mulai aktivitas
Setelah menyentuh tombol hijau di bagian paling bawah layar, maka tampilan akan berubah seperti berikut ini.
Tampilan saat beraktivitas
Salah satu fitur yang saya sukai dari Runkeeper adalah ada notifikasi atau pemberitahuan berupa suara atau audio. Pemberitahuannya adalah jarak tempuh, waktu tempuh, dan kecepatan dalam interval tertentu (kalau tidak salah setiap 5 menit sekali). Grafik batang pada tampilan saat beraktivitas adalah kecepatan. Saat kita berhenti sejenak, kita bisa menekan tombol Pause dan melanjutkannya lagi nanti. Jika olah raga sudah selesai, kita tinggal tekan tombol Stop. Setelah itu kita bisa Save atau simpan. Sebaiknya disimpan untuk statistik kegiatan kita.
Sebenarnya fitur di Runkeeper lumayan banyak, seperti bisa mendengarkan musik sambil berolah raga, sharing ke teman-teman, dsb. namun saya tidak pernah mencoba menggunakannya. Fitur yang sudah pasti saya gunakan adalah, Kita dapat mengakses data olah raga kita melalui situs web resmi Runkeeper, yaitu www.runkeeper.com. Di situs tersebut kita disajikan dengan data dan statistik semua kegiatan yang kita simpan. Ingat, data yang disimpan. Berikut tampilan-tampilannya.
Tampilan Feed pada Situs
Tampilan Me pada Situs
Semoga bermanfaat, salam gowes!
Sabtu, 16 April 2016
Membuat Ponsel Android Menjadi Alat GPS Navigasi
Halo goweser! memiliki sebuah alat GPS untuk navigasi atau penunjuk jalan merupakan kebutuhan para pesepeda atau goweser. Karena dengan memiliki alat GPS untuk navigasi dapat membantu kita untuk menunjukkan jalan atau rute yang akan dilalui dan dituju tanpa takut tersesat serta dapat mengetahui jarak dan memperkirakan waktu. Jika ingin tahu tips memilih GPS untuk navigasi bisa baca artikel Tips Memilih GPS untuk Pesepeda yang pernah dimuat sebelumnya. Jika kita lihat harga-harga alat GPS untuk navigasi yang dijual, tentu membuat berpikir ulang untuk membelinya, terutama buat yang kantongnya cekak. Namun ada alternatif lain jika kita ingin memiliki alat GPS untuk navigasi saat bersepeda, yaitu menggunakan telepon genggam atau smartphone berbasis Android. Berikut hal-hal yang harus anda perhatikan jika ingin membuat ponsel Android anda menjadi GPS navigasi;
Cara lain untuk mengetahui apakah ponsel Android anda memiliki fitur GPS offline (satelit) adalah dengan mengunduh dan menginstall aplikasi GPS Essentials dari Google Play. Aplikasi tersebut akan menampilkan pemberitahuan jika ponsel Anda tidak memiliki fitur GPS offline.
Semoga berguna... salam gowes!
- Ponsel atau HP Android anda harus memiliki fitur GPS, karena tidak semua ponsel Android memiliki fitur ini.
- Pastikan fitur GPS di ponsel Android anda berjenis GPS offline (GPS yang menggunakan satelit). Jenis lainnya adalah GPS online. GPS online adalah GPS yang menggunakan koneksi internet untuk menentukan posisi anda. Tidak ada sinyal dari operator ponsel atau sinyalnya jelek, maka GPS tidak dapat digunakan. GPS offline adalah GPS yang tidak perlu koneksi internet, tidak perlu sinyal ponsel, dan langsung menggunakan satelit-satelit GPS untuk menentukan posisi anda. Untuk memeriksa ponsel memiliki fitur GPS offline atau tidak, nanti akan dibahas di paragraf tersendiri.
- Unduh dan install program aplikasi GPS untuk navigasi dari Google Play ke ponsel Android anda. Aplikasi GPS navigasi ini juga dua jenis yaitu yang petanya online atau yang petanya offline. Jika peta pada aplikasi tersebut offline berarti kita tidak perlu sinyal dari operator ponsel dan tidak perlu koneksi internet cukup menggunakan satelit. Aplikasi GPS navigasi yang pernah dipakai adalah Navitel Navigator untuk Android. Peta Indonesia harus diunduh dari dari situs www.navigasi.net (Unduh peta Indonesia untuk aplikasi GPS Navitel). Cara unduh-install aplikasi dan peta bisa dicari dengan mudah di internet dengan kata kunci : navitel peta indonesia. Jika Navital dan peta Indonesia sudah terinstall di ponsel Android anda dengan benar, ponsel Android anda sudah menjadi alat GPS untuk navigasi.
- Alternatif lain aplikasi GPS navigasi adalah Google Map yang sudah tersedia di dalam ponsel Android anda. Tinggal pakai. Yang harus diperhatikan adalah, petanya online, jadi butuh sinyal operator ponsel dan koneksi internet. Sebenarnya menggunakan peta Google Map bisa offline, tapi belum pernah uji coba digunakan di lapangan ...hehehe.
- Buka : Settings atau Pengaturan.
- Pilih : Location atau Lokasi.
- Pilih : Mode. Lalu / atau cari teks yang mengandung kata GPS (yang stabilo kuning pada gambar). Jika ada berarti ponsel Android anda memiliki fitur GPS satelit. Namun jika anda menemukan kata WiFi atau mobile networks tanpa ada kata GPS berarti ponsel Android anda tidak memiliki fitur GPS offline (satelit) tapi GPS online yang membutuhkan sinyal operator ponsel dan koneksi internet. Indikasi lain, jika ada pilihan Device Only atau Hanya Perangkat berarti ponsel anda memiliki GPS offline (satelit).
Cara lain untuk mengetahui apakah ponsel Android anda memiliki fitur GPS offline (satelit) adalah dengan mengunduh dan menginstall aplikasi GPS Essentials dari Google Play. Aplikasi tersebut akan menampilkan pemberitahuan jika ponsel Anda tidak memiliki fitur GPS offline.
Semoga berguna... salam gowes!
Jumat, 15 April 2016
Tips Memilih GPS Untuk Pesepeda
source : mapstore.com
Halo goweser! menjadi seorang pesepeda memang mengasyikkan apalagi suka blusukan ke sana ke mari. Informasi tempat tujuan gowes menjadi kebutuhan utama. Informasi tujuan gowes bisa didapatkankan dari mana saja. Namun yang terutama adalah pada saat gowes, sudah tahu jalannya belum? Kalau punya temen ngegowes yang sudah tahu jalan sih enak tinggal minta dipandu saja. Tapi bagi goweser yang nggak tahu jalan? ya tinggal nanya orang lah. Tapi cara lain, goweser bisa menggunakan GPS untuk membantu gowes menuju tujuan yang benar.
source : NOAA
Definisi GPS (singkatan dari Global Positioning System) menurut mbah Wiki, GPS adalah suatu sistem navigasi berbasis ruang, yang menyediakan informasi lokasi dan waktu di segala wilayah, medan, dan kondisi cuaca selama masih dapat dijangkau oleh satelit GPS. GPS ini merupakan layanan gratis yang diberikan oleh pemerintah Amerika Serikat lho. Ada juga layanan sejenis dari Russia, Eropa, Jepang, dan sebagainya. Pemerintah AS mengorbitkan 24 satelit GPS di segala penjuru planet bumi. Untuk dapat memanfaatkan informasi dari GPS ya kita butuh alat yang disebut GPS receiver.
source : NASA
Cara kerja GPS, satelit-satelit GPS mengelilingi bumi sehari dua kali *cepet ya*. Setiap saat secara kontinyu atawa terus menerus masing-masing satelit GPS akan memancarkan sinyal ke bumi. Sinyal yang dipancarkan mengandung informasi. Informasinya adalah kode acak dan sebuah pesan yang berisi data TOT (Time Of Transmission) dan lokasi satelit. Kode acak ini merupakan kode unik yang salah satu gunanya adalah untuk membedakan asal kode dari satelit yang mana. Harap diingat, di orbit bumi jumlah satelit seabreg nggak cuma ada satelit GPS doang, ada satelit-satelit komunikasi, satelit-satelit cuaca, dsb. Sinyal-sinyal yang dipancarkan oleh satelit-satelit GPS diterima oleh GPS receiver. GPS receiver ini akan mengkalkulasi informasi yang diterima. Hasil kalkulasi adalah informasi lokasi atau biasa disebut koordinat posisi lokasi (latitude dan longitude -Indonesia : Lintang dan Bujur-) dan ketinggian. Untuk menghitung koordinat posisi lokasi dibutuhkan paling sedikit 3 satelit. Lalu untuk menghitung ketinggian ditambah 1 satelit lagi jadi total butuh 4 satelit untuk mengetahui posisi dan ketinggian kita. Jadi GPS itu sebenarnya terdiri dari tiga unsur yaitu satelit GPS, GPS receiver, dan pengguna GPS receiver.
Dari uraian pada paragraf sebelumnya, sebenarnya GPS yang dijual di pasaran adalah GPS receiver untuk navigasi (selanjutnya kita sebut GPS navigasi). Nah, GPS navigasi yang dijual tersebut sudah dilengkapi peta. Dengan adanya peta, kita dapat melihat posisi kita ada di mana di suatu wilayah. Coba saja kalau di GPS navigasi tidak ada peta, kita tahunya cuma angka-angka koordinat, ketinggian, dan waktu! Selain itu, GPS navigasi juga tidak dapat menunjukkan kita sedang menghadap ke arah mana, ke utara kah? ke timur kah? GPS navigasi akan lebih akurat lagi kalau dikombinasikan dengan kompas dan sistem navigasi inersia.
source : navigadget.com
Sebagai seorang pesepeda atau goweser, memiliki sebuah GPS navigasi dapat banyak membantu kita saat gowes di wilayah yang belum dikenal. Lalu GPS navigasi yang cocok untuk pesepeda atau goweser yang bagaimana? Berikut tips-tips atau saran-saran memilih GPS navigasi untuk goweser :
- GPS navigasi merupakan perangkat elektronik. Perangkat elektronik pasti membutuhkan daya listrik. Daya listrik dari GPS navigasi untuk pesepeda umumnya dari batere. Karena kita gowes bisa berjam-jam atau seharian, maka pilihlah GPS navigasi yang hemat daya dan memiliki batere yang tahan lama.
- Peta. Pilihlah GPS navigasi yang petanya paling lengkap dan terkini (paling update). Karena jalan selalu berkembang, kadang berubah, kadang hilang, kadang nambah, dsb. Tanpa peta yang lengkap dan terkini, bisa-bisa kita malah nyasar.
- Pilih GPS navigasi yang ukuran layarnya mudah dilihat mata, resolusi tinggi, dan kontras tinggi saat terik matahari. Semuanya itu untuk mempermudah pembacaan informasi yang ditampilkan pada saat gowes tanpa perlu berhenti.
Salam gowes!
Kamis, 14 April 2016
Sepedaku
Sepedaku merupakan salah satu anugerah yang terindah untukku *halah!* Betapa tidak, dapat uang keringat hasil banting tulang tujuh hari tujuh malam lalu dapat lampu hijau dari mantan pacar *uhuyy! dengan proses mudah dan ringan akhirnya sampailah sepeda itu kepangkuanku di akhir tahun 2015. Akhirnya aku punya sepeda gunung beneran *emang ada yang bo'ongan???* dengan frame alumunium, rem cakram dan ada suspensi depan serta harga terjangkau.
Sebenarnya ada sepercik keraguan, sekiranya sepeda itu tidak kuat menaham bobot badan yang nyaris menyentuh satu kwintal ini. Tapi dengan memberanikan diri, mencobanya, ternyata keraguan itu tidak beralasan. Sepedaku santai-santai saja membawaku kemana pun pergi!
Sebelum membelinya, ada proses nanya-nanya dulu sama mbah Gugel berminggu-minggu. Meski waktu nanya-nanya mbah Gugel niatan untuk beli sepeda nyaris tidak ada. Tapi di dalam hati ini ingin punya sepeda gunung, tahan banting, enteng, murah, pakai rem cakram! Nominator tadinya Wim Cycle (nama Polygon dan United tersisihkan karena harganya yang susah dijangkau) tapi karena di toko nggak ada Wim Cycle ya seadanya saja. Untung waktu nanya-nanya mbah Gugel, nama Element disebut-sebut. Ya sudah terpilihlah dia, menjungkalkan nama lain seperti Pacific, Police, Genio, dll.
Dalam beberapa kali gowes, sepedaku secara keseluruhan terbilang cukup handal. Hanya ada satu kekurangan yaitu karet pegangan tangan di stang sepeda pas lebih kecil dari pada lebar telapak tangan, keras, sehingga kurang nyaman, bikin telapak tangan cepat semutan. Yang akhirnya diakali ditambahi busa sehingga agak empuk.
Itu saja tentang sepedaku :)
Sebenarnya ada sepercik keraguan, sekiranya sepeda itu tidak kuat menaham bobot badan yang nyaris menyentuh satu kwintal ini. Tapi dengan memberanikan diri, mencobanya, ternyata keraguan itu tidak beralasan. Sepedaku santai-santai saja membawaku kemana pun pergi!
Sebelum membelinya, ada proses nanya-nanya dulu sama mbah Gugel berminggu-minggu. Meski waktu nanya-nanya mbah Gugel niatan untuk beli sepeda nyaris tidak ada. Tapi di dalam hati ini ingin punya sepeda gunung, tahan banting, enteng, murah, pakai rem cakram! Nominator tadinya Wim Cycle (nama Polygon dan United tersisihkan karena harganya yang susah dijangkau) tapi karena di toko nggak ada Wim Cycle ya seadanya saja. Untung waktu nanya-nanya mbah Gugel, nama Element disebut-sebut. Ya sudah terpilihlah dia, menjungkalkan nama lain seperti Pacific, Police, Genio, dll.
Dalam beberapa kali gowes, sepedaku secara keseluruhan terbilang cukup handal. Hanya ada satu kekurangan yaitu karet pegangan tangan di stang sepeda pas lebih kecil dari pada lebar telapak tangan, keras, sehingga kurang nyaman, bikin telapak tangan cepat semutan. Yang akhirnya diakali ditambahi busa sehingga agak empuk.
Itu saja tentang sepedaku :)
Langganan:
Postingan (Atom)